Perang Bone Terjadi Hingga 3 Kali, Menolak Kekuasaan Belanda di Sulawesi Selatan
Perang Bone Terjadi Hingga 3 Kali, Menolak Kekuasaan Belanda di Sulawesi Selatan (Foto: Ilustrasi)--
RADARMUKOMUKO.COM - Sekitar tahun 1667, penjajah Belanda mulai menancapkan kuasa di Sulawesi Selatan, terutama di sekitar daerah Makassar, setelah perjanjian Bongaya ditandatangani.
Setelah pendudukan Inggris (1811-1816), Belanda khawatir Indonesia jatuh ke tangan bangsa Eropa lainnya. Oleh karena itu, Belanda berupaya menyatukan kekuasaan di daerah Sulawesi Selatan.
Namun kerajaan Bone tidak mengakui kekuasaan Belanda di Sulawesi Selatan hingga terjadinya Perang Bone, sebuah ekspedisi balasan oleh Belanda ke kerajaan Bone.
BACA JUGA:Jepang Perintahkan Warga Indonesia Sembah Matahari, KH. Zainal Mustafa Pilih Perang
BACA JUGA:Keajaiban Perang Gaza, Israel Merengek Minta Tolong Amerika Lawan Wilayah 12 Km dengan Panjang 48 Km
Dirangkum dari berbagai sumber, perlawanan pada Belanda banyak terjadi di wilayah Sulawesi Selatan yang dipimpin Kerajaan Bone.
Sebelumnya, Gubernur Jenderal van der Capellen datang ke Makassar untuk melakukan pembaharuan Perjanjian Bongaya. Perjanjian Bongaya merupakan perjanjian damai yang dilakukan Kesultanan Gowa di Makassar dengan pihak VOC yang menjajah Indonesia sebelum Belanda datang.
Kerajaan Bone satu-satunya dengan tegas melakukan penolakan untuk mengubah Perjanjian Bongaya. Kerajaan Bone juga mencoba membujuk kerajaan lain yang ada di Makassar untuk menolak kekuasaan Belanda di Sulawesi Selatan.
Usaha Bone dalam mengajak kerajaan lain untuk menentang Belanda membuat bangsa penjajah ini menjadi marah. Van der Capellen kembali ke Batavia untuk menyiapkan hukuman bagi Kerajaan Bone.
Belanda pun mengirim Letnan Kolonel Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers untuk datang ke Sulawesi Selatan pada 15 Juli 1824.
Untuk menaklukan Kerajaan Bone, Belanda mengirim ratusan pasukan dengan meriam. Namun, usaha pertama Belanda ini dianggap gagal karena pasukan Bone berhasil menghancurkan beberapa pos pertahanan yang ada di Pangkajene, Maros, dan Tanete.
BACA JUGA:7 Macam Rempah-Rempah Yang Dicari Bangsa Penjajah Saat Datang ke Indonesia, Harganya Selangit
Perlawanan dari Kerajaan Bone ini sempat membuat pemerintahan Belanda yang ada di Makassar merasa khawatir, hingga meminta bantuan dari Batavia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: