Dipaksa Jepang Bekerja Dalam Kondisi Sakit, Mengakibatkan Artis Cantik Roekiah Meninggal
Dipaksa Jepang Bekerja Dalam Kondisi Sakit, Mengakibatkan Artis Cantik Roekiah Meninggal--
Pengganti Mochtar, Rd Djoemala, beradu akting dengan Roekiah dalam empat film, meskipun film-film tersebut tidak begitu sukses.
Yang pasti pada masanya, media memandang Roekiah dengan penuh kasih, dan film-film terbarunya secara konsisten selalu menerima ulasan positif.
Di puncak popularitasnya, para penggemar meniru busana yang dikenakan oleh Roekiah di film-filmnya. Roekiah muncul secara rutin dalam berbagai iklan dan sejumlah rekaman yang berisikan suaranya tersedia di pasaran.
Dalam wawancara pada tahun 1996, salah seorang penggemar mengungkapkan bahwa Roekiah adalah "idola setiap pria", sedangkan penggemar lainnya menyebut Roekiah sebagai Dorothy Lamour-nya Indonesia.
Setelah kematian Roekiah, industri perfilman Indonesia berupaya untuk mencari pengganti dirinya.
Pakar film Ekky Imanjaya memberi contoh ketika sebuah film diiklankan dengan kata-kata "Roekiah? Bukan! Tetapi Sofia dalam film Indonesia baru: Air Mengalir di Tjitarum".
Film-film Roekiah dulunya ditayangkan secara rutin, namun saat ini sebagian besarnya sudah hilang.
Film-film Hindia Belanda direkam dalam bentuk film nitrat yang mudah terbakar, dan setelah kebakaran memusnahkan sebagian gudang Produksi Film Negara pada tahun 1952, film-film lama yang direkam dalam bentuk nitrat juga ikut musnah.
JB Kristanto dari Katalog Film Indonesia menyatakan bahwa dari keseluruhan film-film Roekiah, hanya Koeda Sembrani yang masih tersimpan di Sinematek Indonesia.
Tulisan-tulisan mengenai Roekiah yang diterbitkan setelah kematiannya sering kali menyebutkan bahwa ia adalah idola dalam industri perfilman Indonesia.
Imanjaya menggambarkan Roekiah sebagai ikon kecantikan pertama dalam industri perfilman Indonesia. Ia juga menyebut Roekiah dan Rd Mochtar sebagai selebriti yang memperkenalkan konsep "bintang pelaris" pada perfilman dalam negeri.
Pada tahun 1969, Majalah Moderna menulis bahwa "di dalam zamannya telah mencapai suatu popularitas yang boleh dikatakan sampai sekarang belum ada bandingnya".
Pada 1977, majalah Keluarga menjulukinya sebagai salah seorang "bintang film Indonesia perintis", menyatakan bahwa "bakat permainannya dalam film adalah bakat alam yang merupakan perpaduan pribadinya dengan pancaran kelembutan keayuan wajahnya yang penuh romantik".*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: