Kisah Putri Oei Hui Lan Yang Bergelimang Harta Namun Penuh Kesedihan dan Air Mata, Anak Raja Gula Semarang

Kisah Putri Oei Hui Lan Yang Bergelimang Harta Namun Penuh Kesedihan dan Air Mata, Anak Raja Gula Semarang

Kisah Oei Hui Lan yang menyedihkan-Ilustrasi-istimewa radar mukomuko

Sang ibu yang sudah tidak tahan dengan kehidupan rumah tangganya, memutuskan membawa Oei Hui Lan dan kakaknya untuk pindah ke London. 

Berkat harta ayahnya yang melimpah, setibanya di London ia berserta ibu dan kakaknya dapat hidup mewah dan masuk dalam pergaulan kelas atas bangsawan Eropa.

Pada tahun 1909, Hui Lan menikah dengan Beauchamp Forde Gordon Caulfield-Stoker, seorang agen konsulat Inggris di Semarang.

BACA JUGA:Kisah Mbah Jum Yang Bikin Bidadari Iri, Inspirator Sedekah Tingkat Tinggi

BACA JUGA:Kisah Datuk Laksamana Raja di Laut, Penjaga Pesisir Selat Malaka, Bukan Sembarangan Lagu

Mereka tinggal di kawasan elit Inggris dan memiliki seorang anak sebelum kemudian bercerai pada tahun 1920.

Pada tahun 1920, Oei Hui Lan dijodohkan oleh sang ibu dan menikah dengan diplomat yang bernama Wellington Koo. Awalnya ia menolak perjodohan tersebut, namun ibunya terus berambisi agar Oei Hui Lan menjadi wanita bangsawan di China. 

Dan pernikahan yang digelar sangat mewah pada 9 November 1920 di Brussels, Belgia tersebut secara keseluruhan dibayar oleh keluarganya karena suaminya tak memiliki banyak harta.

Koo sempat naik sebentar jadi Presiden Republik Tiongkok yang membuat Hui-lan tiba-tiba menjadi ibu negara. Koo kemudian meninggalkan jabatannya pada 1927, dan keluarga itu pindah ke Shanghai.

Di sana, Hui-lan sempat bergaul dengan Wallis Simpson, sosialita Amerika yang kemudian berpacaran dengan Raja Edward VIII dari Inggris, yang kemudian harus lengser dari tahta untuk bisa menikah dengan janda tersebut.

Setelah dari Shanghai, keluarga Koo pindah ke Paris pada 1932 ketika Wellington Koo ditugaskan menjadi duta besar Tiongkok untuk Perancis.

 Namun, pada 1941, Hui-lan kemudian pindah ke New York City, mengikuti kedua anak laki-lakinya yang kuliah di Columbia University seperti ayahnya.

 Sekaligus, ia menggunakan pengaruhnya untuk membujuk AS membantu Tiongkok dalam perang-perangnya di Asia, meneruskan cita-citanya akan persatuan Barat dengan Tiongkok. 

BACA JUGA:Kisah Gus Dur Kena Prank Soewondo, Orang Kepercayaan dan Tukang Pijatnya, Meraup Rp 34 Miliar

BACA JUGA:Kisah 6 Wanita Minangkabau dan Hari Polwan 1 September, Kaum Emak-Emak Tak Mau Diperiksa Polisi Pria

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: