Kisah KH Subchi Dijuluki 'Jendral Bambu Runcing', Disepuh Doa dan Kekuatan Iman

Kisah KH Subchi Dijuluki 'Jendral Bambu Runcing', Disepuh Doa dan Kekuatan Iman

Kisah KH Subchi Dijuluki 'Jendral Bambu Runcing', Disepuh Doa dan Kekuatan Iman --

Melansir dari berbagai sumber, Bambu runcing sendiri merupakan sebuah tongkat dari bambu berwarna kuning yang bagian ujungnya dibuat runcing, sebagai senjata yang sederhana namun ampuh setelah diberi doa oleh para kyai untuk melawan penjajah Jepang sebelum kemerdekaan RI, di daerah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Kemudian digunakan melawan penjajahan Belanda setelah Kemerdekaan (1945 - 1948) di daerah Ambarawa dan wilayah lainnya.

Menurut catatan, sekitar 10.000 orang setiap harinya selama sekitar satu tahun, orang datang ke Parakan untuk mendoakan senjata bambu runcing mereka sebelum digunakan di medan perang.

BACA JUGA:Mengapa Orang Indo Belanda Jarang Ditemukan di Indonesia, Ternyata Begini Kisah Kelamnya

BACA JUGA:Belanda Tidak Berkutik dan Babak Belur Hadapi Empat Suku Asli Indonesia Ini, Punya Ilmu Gaib

Dikisahkan, ketika rakyat sedang berjuang, banyak santri yang juga ingin ikut terjun dalam pertempuran. Berawal dari situ, Kyai Subchi kemudian memperkenalkan bambu runcing sebagai senjata kepada para santri.  

Para santri dan rakyat yang akan berjuang terlebih dulu diajarkan cara membuat bambu runcing. Bambu-bambu dikumpulkan oleh para santri dari Tegalan. 

Mereka kemudian meruncingkan bambu tersebut hingga lancip, lalu diolesi dengan cairan.  

Beberapa laskar rakyat yang juga menggunakan bambu runcing sebagai senjata adalah Laskar Hizbullah dan Sabilillah, serta Tentara Keamanan Rakyat (TKR).  

Senjata bambu runcing cukup membuat penjajah merasa takut. Bahkan bagi Belanda, bambu runcing dianggap sebagai pembunuh dalam keheningan. 

Ketika bambu runcing dilemparkan, senjata ini tidak akan mengeluarkan suara apa-apa, sehingga tidak mudah diketahui keberadaannya oleh musuh.  

Para penjajah juga mengakui bahwa mereka lebih baik mati karena ditembak, dibandingkan dengan senjata bambu runcing.  Bagi mereka, luka peluru masih dapat diobati, sedangkan bambu runcing tidak. 

Senjata ini akan membunuh musuh secara perlahan akibat infeksi. 

BACA JUGA:Alasan Warga Indonesia Tak Bisa Berbahasa Penjajah Belanda, Nenek Moyang Memilih Membuang Tentang Belanda

BACA JUGA:Asal Usul Singkong, Pernah Menjadi Makanan Pokok di Masa Jepang, Kini Ubi Masih Lezat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: