Kisah Cinta Pahlawan Indonesia, Pantang Menikah Sebelum Merdeka Hingga Cinta Bersemi di Medan Tempur
Pahlawan Nasional Indonesia Bung Tomo dan Cut Meutia--
Pierre Tendean adalah ajudan Jenderal A.H. Nasution yang kala itu menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan Indonesia.
Kisah asmara Pierre Tendean, menjadi kisah percintaan yang sangat mengharukan dan menarik perhatian publik.
BACA JUGA:Lima Pahlawan Cantik Asal Aceh Yang Angkat Senjata Melawan Belanda
Pierre Tendean terkenal memiliki paras menawan, sehingga menarik perhatian mahasiswi-mahasiswa A.H Nasution.
Meski begitu, hatinya sudah dimiliki oleh seorang gadis Medan keturunan Jawa bernama Rukmini Chaimin, yang ditemuinya saat berdinas disana.
Saat Pierre kembali ke Jakarta, mereka tetap rutin berkirim surat. Beliau juga sudah berencana akan menikah dengan Rukmini pada November 1965 silam.
Nahasnya, sebelum hari pernikahan tiba, yaitu tepatnya pada 1 Oktober 1965 Pierre menjadi korban salah tangkap oleh pasukan Tjakrabirawa yang menyangkanya sebagai A.H Nasution.
Saat hari itulah menjadi hari pengabdian terakhir Pierre Tendean, begitu juga dengan rencana pernikahannya dengan Rukmini Chaimin.
Ki Hajar Dewantara
Ujian percintaan yang berat dialami Suwardi Suryaningrat atau biasa dikenal dengan Ki Hajar Dewantara saat menjalin hubungan dengan Raden Ajeng Sutartinah.
Keduanya telah bertunangan, cintanya diuji saat kolonial Belanda mengancam menangkap Suwardi karena menulis artikel yang berjudul "Als Ik Een Nederlander was" (Andaikan Aku Seorang Belanda) di sebuah majalah resmi bernama Komite Boemi Poetra. Dalam majalah itu, Suwardi menjabat sebagai sekretaris.
Kabar ini cepat beredar. Sumardinah Martadirja melalui surat menanyakan soal itu kepada adiknya, Sutartinah, yang juga tunangan Suwardi: "Bahwa di Yogyakarta sudah tersiar kabar bahwa kangmas Suwardi hendak mencetuskan pemberontakan kepada pemerintah Hindia Belanda, tolonglah jawab, apakah berita itu benar?".
"Kanda Sumardinah Martadirja, Yogyakarta. Kalau berita itu benar, aku yang lebih dulu tahu, dan jika pun benar, aku sudah siap menghadapi risiko apa pun dengan penuh kebanggaan sebagai keturunan brandal Diponegoro," jawab Sutartinah dalam surat balasan, seperti dikutip Bambang Sokawati Dewantara dalam biografi Nyi Hajar Dewantara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: