Bukan Sekadar Menangkap Cacing Laut, Ini Makna dan Asal-Usul Tradisi Bau Nyale di Lombok
Bukan Sekadar Menangkap Cacing Laut, Ini Makna dan Asal-Usul Tradisi Bau Nyale di Lombok--
RADARMUMOMUKO.COM - Setiap tahun, masyarakat Lombok di NTB memiliki tradisi unik menangkap cacing laut atau bau nyale, yang dilakukan pada tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan tradisional Sasak.
Tradisi ini berasal dari kisah mengharu-biru tentang pengorbanan seorang putri cantik demi keselamatan kerajaan dan rakyatnya dari ancaman para pangeran yang memperebutkannya.
Putri tersebut bernama Putri Mandalika, anak pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting dari Kerajaan Tonjang Beru.
Ia dikenal sebagai sosok yang sangat cantik, cerdas, dan baik hati.
BACA JUGA:Jangan Dibuang! Ternyata Ampas Kopi Bisa Bermanfaat Untuk Kulit
BACA JUGA:Kabur dari Kewajiban Pajak dan Kerja Paksa, Suku Limakawatina Mengasingkan Diri Hingga Sekarang
Banyak pangeran dari berbagai kerajaan di Lombok, seperti Kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan Beru yang ingin meminangnya.
Namun, Putri Mandalika tidak ingin memilih salah satu di antara mereka, karena ia khawatir akan menimbulkan perselisihan dan peperangan di antara kerajaan-kerajaan tersebut.
Ia juga tidak ingin melukai hati para pangeran yang telah menyatakan cintanya.
Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran beserta rakyatnya ke Pantai Kuta, Lombok pada tanggal 20 bulan 10.
Di sana, Putri Mandalika muncul di atas tebing dengan pengawalan ketat prajurit kerajaannya. Ia kemudian menyampaikan pidato yang menyentuh hati semua yang mendengarnya.
Ia mengatakan bahwa ia tidak bisa memilih salah satu pangeran sebagai suaminya, karena ia mencintai semua rakyatnya tanpa membeda-bedakan.
Ia juga mengatakan bahwa ia akan memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi mereka semua.
BACA JUGA:Bertetangga Dengan Indonesia, Anak Bawah Umur Suku Trobriander Dipaksa Dewasa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: