5 Perang Besar 1945 Setelah Kemerdekaan Indonesia, Belanda dan Sekutu Belum Rela

5 Perang Besar 1945 Setelah Kemerdekaan Indonesia, Belanda dan Sekutu Belum Rela

5 Perang Besar 1945 Setelah Kemerdekaan Indonesia, Belanda dan Sekutu Belum Rela --

Sebulan setelahnya, yakni pada 27 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum agar rakyat Indonesia segera pergi dari area Bandung Utara, tetapi ditolak. 

Di sisi lain, pejuang Indonesia juga bingung untuk ikut perintah yang berbeda dari Jakarta dan Yogyakarta. Pasalnya, Pemerintah RI dari Jakarta menginstruksikan agar mereka tidak pergi dari Bandung. 

BACA JUGA:Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, Perang Terbesar dengan Semangat Militan Pemuda Surabaya

Sementara itu, Markas Komando di Yogyakarta memerintahkan agar Bandung dikosongkan. Pada akhirnya, rakyat menuruti perintah dari Yogyakarta. 

Namun, sebelum meninggalkan Bandung pada 23-24 Maret 1946, para pejuang menyerbu pos-pos Sekutu dan membumihanguskan Bandung. 

Pertempuran Lima Hari Semarang 

Pertempuran Lima Hari Semarang terjadi sejak tanggal 15 hingga 19 Oktober 1945. Awalnya 14 Oktober 1945, para tawanan Jepang yang bekerja di Pabrik Gula Cepiring hendak dipindah ke Bulu. 

Namun, di tengah perjalanan, mereka kabur. Rakyat Semarang yang mengetahui hal tersebut lantas berusaha melawan dan meminta Jepang untuk menyerahkan senjata mereka.

 Namun, Mayor Kido dari Jepang menolak, sehingga pertempuran pun berlanjut. Para pemuda Semarang kemudian berdiskusi di Rumah Sakit Purusara. 

Dalam diskusi tersebut, mereka berencana akan mencegat dan memeriksa mobil pasukan Jepang yang lewat di depan rumah sakit itu. 

BACA JUGA:Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Kondisi Politik Indonesia Masih Kacau dan Ekonomi Terpuruk

Akan tetapi, tiba-tiba Jepang melemparkan serangan tidak terduga dan menahan para anggota polisi istimewa yang sedang menjaga sumber air minum warga Semarang, yaitu Reservoir Siranda di Candilama. Bahkan kabarnya, pasukan Jepang meracuni sumber air tersebut. 

Guna mengusut lebih lanjut berita itu, Dr Kariadi, selaku Kepala Laboratorium RS Purusara diminta untuk memeriksa Reservoir Siranda. 

Ketika sedang dalam perjalanan, tiba-tiba mobil Dr Kariadi dicegat dan ia ditembak secara keji. Kematian Dr Kariadi pun semakin menyulut kemarahan rakyat Semarang, hingga mereka melakukan perlawanan dari tanggal 15 Oktober sampai 19 Oktober 1945. 

Pada akhirnya, rakyat Semarang dan pasukan Jepang berhasil didamaikan dengan dilucutinya senjata Jepang pada 20 Oktober 1945. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: