Mengenang Perjuangan Kaum Santri dan Ulama Melawan Penjajah Belanda

Mengenang Perjuangan Kaum Santri dan Ulama Melawan Penjajah Belanda

Mengenang Perjuangan Kaum Santri dan Ulama Melawan Penjajah Belanda--

RADARMUKOMUKO.COMKemerdekaan Indonesia direbut dengan sudah payah oleh para pendahulu bangsa ini. Perang rakyat Indonesia melawan penjajah tidak terhitung jumlahnya. Bayangkan Indonesia dijajah hingga 350 tahun lamanya. 

Dalam kurun waktu tersebut, silih berganti generasi dan setiap generasi angkat senjata melawan penjajah, hingga akhirnya Indonesia menjadi negara merdeka seperti yang kita nikmati saat ini.

Maka kita harus terus mengenang perjuangan pedahulu, salah satunya yang tidak boleh dilupakan oleh bangsa ini adalah peran besar Santri dan Ulama dalam sejarah perjuangan meraih kemerdekaan.

BACA JUGA:5 Pahlawan Wanita Dari Aceh Yang Ditakuti Kaum Penjajah Bangsa

Melansir dari nucare.id, setelah Indonesia merdeka, Belanda kembali datang dan melancarkan sejumlah serangan. Serangan ini dinamakan Agresi Militer Belanda. 

Merespon hal ini, Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari sebagai pendiri Nahdlatul Ulama mengeluarkan fatwa untuk berjihad pada 22 Oktober 1945. 

Fatwa jihad tersebut mewajibkan kaum muslimin untuk melawan para penjajah. Siapa pun yang gugur dalam perlawanannya digolongkan sebagai syahid.

Fatwa tersebut mengobarkan semangat juang Kiai Amin, Kiai Bisri Musthofa, para kiai lain dan santri-santrinya. Mereka semua berangkat ke Surabaya untuk bertemu Hadratussyeikh KH Hasyim Asy'ari.

BACA JUGA:Perlawanan Pattimura Menumpas Penjajah Belanda, Berakhir Karena Penghianatan

Dengan berbekal ilmu kanarugan dan keahlian bela diri, mereka menyusun strategi perang untuk melawan penjajah Belanda

Tak lama kemudian, ada pasukan Inggris yang akan mendarat di Surabaya. Dengan segera, Kiai Amin menggelar rapat dengan Kiai Abbas Jamil Buntet, Kiai Anshory Plered, Kiai Fathoni, dan beberapa kiai lain. Lahirlah kesepakatan bahwa pesantren harus menjadi bagian dalam perjuangan kemerdekaan. 

Menghadang NICA dengan 6.000 pasukan brigade, Kiai Amin turut serta di barisan depan. Hal itu berdampak pada penyerangan kepada pesantren Babakan. 

BACA JUGA:Hebat, Suku Ternate Kesultanan Bermatabat Yang Dihormati Rakyat dan Disegani Penjajah

Belanda tak hanya menghancurkan bangunan pesantren tersebut, tetapi juga membakar kitab-kitab dan naskah penting.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: