Tiga Penyebab Meletusnya Perang Diponegoro, Berlangsung Selama 5 Tahun

Tiga Penyebab Meletusnya Perang Diponegoro, Berlangsung Selama 5 Tahun

Perang diponegoro perang jawa-Radar Mumuko-net, istimewa radar mukomuko

Intinya, Pangeran Diponegoro yang tidak menyetujui campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan. Kondisi para petani lokal menderita akibat penyalahgunaan penyewaan tanah juga menjadi salah satu faktor yang membuat Pangeran Diponegoro geram.

Kekecewaan Pangeran Diponegoro memuncak ketika Patih Danureja atas perintah Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat rel kereta api melewati makam leluhurnya.

Perang Diponegoro berlangsung selama lima tahun yaitu dari tahun 1825 hingga tahun 1830. Hal ini bermula dari peristiwa pada 20 Juli 1825, di mana pihak istana mengutus dua bupati keraton senior yang memimpin pasukan Jawa-Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi di Tegalrejo.

Saat itu Pangeran Diponegoro dan sebagian besar pengikutnya berhasil lolos, namun kediamannya di Tegalrejo habis dibakar.

Perang Diponegoro melibatkan berbagai kalangan, mulai dari kaum petani hingga golongan priyayi yang menyumbangkan uang dan barang-barang berharga lainnya sebagai dana perang.

BACA JUGA:9 Perang Besar Bangsa Indonesia Melawan Penjajah, Nomor 8 Pasti Ingat

BACA JUGA:7 Perang di Daerah, Walau Senjata Tradisional, Belanda Babak Belur

Hanya dalam waktu tiga minggu setelah penyerbuan Tegalrejo, pasukan Diponegoro sudah bisa melakukan penyerangan dan berhasil menduduki keraton Yogyakarta. Keberhasilan ini disusul dengan kemenangan di beberapa daerah pada tahun-tahun awal berkobarnya Perang Diponegoro.

Pergerakan pun meluas ke daerah Banyumas, Kedu, Pekalongan, Semarang, dan Rembang. Kemudian ke arah timur mencapai Madiun, Magetan, Kediri, dan sekitarnya.

Pada 16 Februari 1830, memperhatikan posisinya yang lemah akhirnya Pangeran Diponegoro setuju untuk bertemu dengan utusan Jenderal De Kock, yakni Kolonel Jan Baptist Cleerens.

Pada 20 Februari 1830, pertemuan antara kedua belah pihak tidak menghasilkan kesepakatan dan Pangeran Diponegoro menyatakan ingin bertemu langsung dengan Jenderal De Kock.

Akhirnya pada 25 Maret 1830, Jenderal De Kock memerintahkan Letnan Kolonel Louis du Perron dan Mayor A.V Michiels untuk mempersiapkan perlengkapan militer dan merencanakan penangkapan Diponegoro.

Pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Pada akhirnya, setelah pengkhianatan tersebut Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa pengikutnya dilepaskan.

BACA JUGA:Tradisi Pasola Perang Adat, Darah Menyuburkan Tanah, Kisah Cinta Segi Tiga

Penyerahan diri Pangeran Diponegoro pun menandai berakhirnya Perang Diponegoro atau perang Jawa pada tahun 1830.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: