7 Perang di Daerah, Walau Senjata Tradisional, Belanda Babak Belur

7 Perang di Daerah, Walau Senjata Tradisional, Belanda Babak Belur

7 Perang di Daerah, Walau Senjata Tradisional, Belanda Babak Belur--

Pada Mei 1825, dibangun jalan baru Belanda memasang patok-patok di tanah leluhur Diponegoro. Kemudian patok tersebut dicabut oleh pengikut Diponegoro.

Perang pecah pada 20 Juli 1825 di Tegalrejo dengan diutusnya serdadu Belanda untuk menangkap Diponegoro.

Tegalrejo yang menjadi markas pengikut Diponegoro berhasil direbut dan dibakar oleh Belanda. Pada 1830, Diponegoro bersedia berunding dengan Belanda di Magelang.

Ternyata perundingan tersebut hanya menjadi tipuan dan Diponegoro akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Manado.

BACA JUGA:9 Perang Besar Bangsa Indonesia Melawan Penjajah, Nomor 8 Pasti Ingat

Kegagalan perang Diponegoro adalah karena Diponegoro ditipu Belanda, serta senjata pengikutnya dilucuti.

4. Perang Aceh

Perlawanan rakyat Aceh terhadap Belanda mengakibatkan gugurnya Jendral Kohler dan kegagalan sistem pertahanan benteng stelsel.

Saat itu, Belanda kewalahan dalam menghadapi perlawanan fisik rakyat Aceh hingga mereka mengutus Dr. Snouck Hurgroje untuk menyamar dan mencari tahu kelemahan rakyat Aceh.

Belanda kemudian menemukan cara untuk mengalahkan perlawanan rakyat Aceh dengan politik adu domba antara golongan bangsawan dan ulama Aceh.

Penyebab kegagalan perang Aceh adalah adanya adu domba dari golongan bangsawan, sehingga memecah belah persatuan rakyat Aceh.

6. Perang Sisingamangaraja di Sumatra Utara

Perlawanan rakyat Sumatra Utara terhadap Belanda dilakukan oleh Sisingamangaraja XII yang berlangsung selama 24 tahun.

Pertempuran ini berawal dari serangan ke pusat pertahanan Belanda pada 1877 dan berakhir dengan pengepungan benteng terakhir Sisingamangaraja di Pakpak.

BACA JUGA:5 Peristiwa Sejarah Menyebabkan Ka'bah Ditutup, Mulai Dari Perang Hinga Covid 19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: