Pesan Ketua PGRI Untuk Guru SMPN 10 Mukomuko
Rasita, S.Pd--
RADARMUKOMUKO.COM - Aksi mogok yang dilakukan para guru SMPN 10 Mukomuko mendapatkan tanggapan dari Ketua Persatuan guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Mukomuko, Rasita, S.Pd. Rasita berpesan, dalam menyampaikan aspirasinya, guru tidak boleh mengorban murid. Apapun alasannya, murid memiliki hak untuk belajar.
"Silahkan menyampaikan aspirasi, tapi jangan korbankan hak murid," pesan Rasita.
Rasita juga menyampaikan, kepala sekolah dan guru SMPN 10 Mukomuko, semua anggota PGRI. Selain itu, PGRI juga tidak memiliki kapasitas untuk mengambil tindakan terkait masalah ini. Yang berhak mengambil kebijakan adalah pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Rasita meminta dinas segera ambil tindakan.
BACA JUGA:Dinas Pendidikan Sarankan Guru dan Kepsek SMPN 10 MM Damai
BACA JUGA:Bupati Sapuan Buka Pelatihan Berbasis Kompetensi di UPTD BLK Mukomuko
"Kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, mohon segera ambil tindakan agar masalah tidak berlarut-larut," tambah Rasita.
Masih Rasita, setiap instansi, pasti ada permasalahan. Besar kecilnya masalah, tergantung cara menyikapinya. Masalah kecil, jika salah dalam menyikapi bisa menjadi besar. Begitu juga sebaliknya, masalah besar bisa menjadi kecil dan hilang, jika disikapi dengan bijaksana. Rasita juga menyampaikan, guru adalah orang-orang yang terpelajar dan memiliki pendidikan tinggi, bisa menyikapi masalah dengan tepat.
"Jangan bertahan dengan ego pribadi. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya," pesan Rasita.
Terpisah kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Mukomuko, Epi Mardiani, S.Pd mengaku sudah mengetahui ada guru SMPN 10 yang mogok. Ia ingin, permasalahan yang ada diselesaikan di tingkat bawah.
BACA JUGA:Diminta Lengser Oleh Guru, Begini Jawaban Kepsek SMPN 10 Mukomuko
"Selesaikan dulu di tingkat bawah. Jika tidak selesai, baru kami yang tangani," ujar Evi.
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, puluhan guru di SMPN 10 Mukomuko, Desa Agung Jaya, Kecamatan Air Manjuto, melakukan aksi mogok. Penyebabnya adalah, mereka tidak cocok dengan kepemimpinan Yeni Minarti. Para guru menilai, Yeni Minarti, merupakan sosok yang suka berkata kasar. Sehingga tidak mencerminkan sosok seorang pemimpin. Di sisi lain, sekolah merupakan tempat pembentukan karakter. Selain itu juga, ia kerap mengambil kebijakan sendiri.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: