Langka, Harga Daging Babi Melonjak, Capai Rp 50 ribu per Kilogram
Langka, Harga Daging Babi Melonjak, Capai Rp 50 ribu per Kilogram -Ilustrasi-bengkuluekspress
MUKOMUKO, RADARMUKOMUKO.COM - MUKOMUKO merupakan salah satu penghasil daging babi di Provinsi Bengkulu. daging babi di MUKOMUKO, merupakan hasil perburuan warga.
Di kabupaten ini, bisa dikatakan tidak ada peternak babi. Sejak 1 tahun terakhir, populasi babi hutan di Mukomuko turun drastis. Penyebabnya adalah adanya serangan penyakit African Swine Fever (ASF). Langkanya babi hutan, menyebabkan kenaikan harga daging babi. Biasanya daging babi dihargai Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram.
Belakangan naik berkisar Rp 40 ribu hingga 50 ribu per kilogram.
BACA JUGA:Puncak Perayaan HUT Kabupaten Mukomuko ke-20, Polres Bagikan 10 Paket Sembako
"Harga (Daging babi, red) naik, tapi barangnya susah. Belakangan sangat sulit mendapatkan babi hutan," ujar David, salah seorang warga yang sering berburu babi hutan.
Disampaikan David, ada beberapa cara digunakan untuk mendapatkan babi hutan. Menggunakan jerat, berburu menggunakan jaringan, ada juga yang berburu dengan cara ditembak.
"Buru menggunakan senapan, banyak dilakukan malam hari," ungkapnya.
Disampaikan David, biasanya babi banyak ditemukan di kebun warga. Babi mencari makan baik siang maupun malam. Belakangan babi sulit ditemukan.
BACA JUGA:Pondok Panjang Fokus Pembangunan JUT, Aksesnya Untuk Ini?
Terpisah, Kabid Peternakan, Dinas Pertanian Mukomuko, drh. Diana Nurwahyuni, menjelaskan daging babi asal Mukomuko, sebagian di bawa ke Sumatera Utara, Medan. Sebagian lagi di bawa ke Jakarta, Kebun Binatang Ragunan. Dan di Mukomuko, tidak terdapat peternakan babi. Daging babi yang ada di Mukomuko, hasil perburuan.
"Daging babi dari Mukomuko, ada yang dibawa ke Medan, ada juga yang dibawa ke Ragunan," ujar Diana.
Diana juga menyampaikan, penurunan populasi babi hutan saat ini, bukan hanya di Mukomuko.
Tapi di seluruh Indonesia, bahkan Asia. Serangan penyakit ASF, terjadi secara global. Sedikit beruntung, di Mukomuko, tidak ada peternak babi. Sehingga tidak ada kerugian secara personal atas serangan ASF. Justru sebaliknya, warga merasa beruntung, karena tanaman relatif lebih aman dari serangan hama, khususnya babi hutan.
"Butuh waktu sekitar 1 tahun setelah serangan ASF, populasi babi akan meningkat lagi," tutup Diana.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: