Tawuran Siswa, Camat dan Kacabdin Turun Tangan
--
RADARMUKOMUKO.COM – Jumat (26/8) berlangsung diskusi di aula kantor Camat Selagan Raya.
Diskusi ini membahas suasana belajar mengajar di SMAN 13 Mukomuko, yang beralamat di Desa Surian Bungkal, Kecamatan Selagan Raya.
Seringnya terjadi tawuran antar siswa, membuat suasana belajar mengajar tidak nyaman.
Pihak sekolah ingin, tidak ada lagi keributan agar proses belajar mengajar bisa berjalan normal, aman dan nyaman. Sehubungan dengan itu, diskusi melibatkan beberapa pihak terkait. Mulai dari kepala sekolah dan dewan guru, komite sekolah, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Kades.
Juga dihadiri camat Selagan Raya, Wahyuana, S.IP serta Kepala Cabang Dinas (Kacabdin) wilayah Mukomuko, Jaskani Bahari, S.Pd. Melalui diskusi ini diharapkan ada solusi dan kesempatan bersama agar ribut sesama siswa tidak terulang lagi.
Salah seorang warga Sungai Gading, Sudirman, menceritakan, keributan di SMAN 13 ini, biasanya terjadi pada awal tahun ajaran baru.
Biasanya masalah diselesaikan secara kekeluargaan di intern sekolah. Setelah tahun ajaran berjalan beberapa bulan, keributan antar siswa nyaris tidak ada lagi. Ia menduga, keributan disebabkan adaptasi antara siswa baru dengan siswa lama.
‘’Keributan antar siswa mungkin sudah ada 5 kali. Biasanya terjadi pada awal tahun ajaran. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu,’’ cerita Sudirman.
Sebagai warga yang tinggal tidak jauh dari sekolah ini, Sudirman mengaku prihatin. Ia sependapat adanya solusi jangka panjang yang menyelesaikan masalah ini secara permanen. Dikatakan Sudirman, keributan ini merupakan kenakalan remaja.
Namun demikian, jika tidak diselesaikan, akan berdampak terhadap proses belajar mengajar. Seperti yang terjadi pada Jumat, kemarin, kegiatan belajar mengajar ditiadakan, karena menyelesaikan keributan sesama siswa.
‘’Harapan saya, diskusi ini membuahkan hasil dan ke depan tidak ada lagi perkelahian sesama siswa,’’ harap Sudirman.
Hal senada disampaikan oleh Reddy Setiawan, Penjabat (Pj) Kades Pondok Baru. Ia mengatakan, masalah ini tidak bisa diselesaikan oleh pihak sekolah saja.
Mungkin terjadi di banyak sekolah, bahwa wibawa guru di hadapan siswanya sudah menurun. Begitu juga dengan di SMAN 13 ini.
Dengan kata lain, rasa hormat siswa terhadap guru sudah berkurang. Tidak jarang, guru yang berupaya melerai keributan, justru menjadi pelampiasan kemarahan siswa. Untuk menghentikan hal tersebut, diperlukan keterlibatan beberapa pihak. Selain pihak sekolah, peran orang tua dan pemerintah desa sangat diperlukan.
‘’Setiap Kades harus tahu siapa saja siswa di desanya yang biasanya terlibat tawuran. Kemudian Kades diskusi dengan orang tua sang siswa. Mudah-mudah masalah bisa diselesaikan,’’ papar Reddy.(dul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: