Jual Beli Strike di Samudera Indonesia

Jual Beli Strike di Samudera Indonesia

Sayangnya, cuaca kurang bersahabat. Angin dan ombak begitu keras menghantam badan kapal, goncanganpun begitu terasa. Kecepatan angin, menurut kapten kapal mencapai 17 knot, ombak menerjang hingga 8 meter.

Para angler yang mabuk laut semakin menjadi, pesta “uwak” alias mabuk laut bersahutan. Kondisi makin diperparah dengan hujan yang turun. Namun, hujan ini ternyata membawa berkah, usai hujan turun, serangan tongkol berdatangan. Jual beli strike tongkol terjadi. Para ABK yang semula hanya bertugas melepaskan ikan dari mata pancing, tak ingin ketinggalan moment. Joran angler yang tidak terpakai digunakan. Benar-benar hiruk pikuk strike, suara ikan tongkol yang berhasil diangkat, terjatuh dan menggelepar di dek kapal.

Kebisingan suara ini membangunkan angler yang semula terlelap di dalam kapal, mereka tahu betul itu suara apa. Berhamburan mereka mengambil peralatan pancing masing-masing. Terpaan air hujan dan tiupan angin laut tak dihiraukan, semua sibuk melempar umpan dan menarik tongkol. Tak Cuma tongkol, ikan Kadalpun berhasil dinaikkan. Yurdi, berhasil mengangkat GT yang biasa disebut ABK dengan Simba seberat 25 kilogram.

Lebih kurang 45 menit, aksi saling tarik antara angler dengan ikan terjadi. Ikan primadona angler yang terkenal dengan tarikannya yang sangat kuat itu berhasil di taklukkan. Karenanya, predikat lulusan cumlaude disematkan kepadanya. Untuk diketahui, ibarat sekolah, GPFC membuat tingkatan dalam memancing. SD untuk memancing di kolam, SMP di bagan, SMA di Karang Prendrik dan S1 untuk memancing di samudera atau laut lepas.

Tingkatan ini disusun berdasarkan tingkat kesulitan memancing. Pesta strike ini berlangsung sampai pukul 07.00 wib. Setelahnya strike menghilang, para angler memutuskan untuk beristirahat sembari menikmati saparan pagi yang disiapkan koki kapal. Lebih kurang 2,5 box terisi. Sampai siang hampir tidak ada strike.

Kapten kapal memutuskan pindah spot hingga dua kali. Namun zonk strike.
Cuaca benar-benar tidak bisa diajak bersahabat, suhu air yang dingin sekitar 22 derajat menyebabkan ikan kurang memakan umpan. Kapten memutuskan untuk bergerak ke spot pinggiran yang dinamai Blubuk. Serangan tongkol di spot ini terjadi menjelang fajar. Jual beli strike kembali terjadi, meski tidak seramai di spot pertama dan ukuran ikannya agak kecil, namun cukup menggembirakan

Puluhan tongkol, ikan kadal dan beragam jenis lainnya berhasil diangkat. Ini berlangsung sampai pagi. Mempertimbangkan kondisi angler yang mabuk laut, leader tim Bosmin memutuskan untuk pulang lebih awal. Seyogiyanya pukul 10.00 wib, kapal baru bergerak pulang dipercepat pukul 07.00 wib.

Tim sempat kawatir akan kondisi kesehatan angler yang mabuk laut karena perut mereka yang kosong selama dua hari. Tapi, Leader mengingatkan untuk tidak terlalu kawatir, kondisi seperti ini sudah biasa. Bukan Cuma pemancing fomula, pemancing profesionalpun terkadang masih terserang mabuk laut. Biasanya, setelah melihat daratan mabuk ini langsung hilang.

Meski tidak mencapai target 5 box, namun para angler tidak boncos. Kami berhasil membawa 3 box ikan atau sekitar 750 kilogram (1 box 250 kg). Minggu (19/9) tim tiba kembali di Graha Pena dalam keadaan sehat. Trip kali ini memberi suasana yang berbeda. Terimakasih untuk Bosmin, Pak Endang, dan rekan-rekan semua. Tunggu kami di trip berikutnya, dengan catatan siapkan kesehatan dan mental.. (GPFC)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: