BACA JUGA:Sekda Jemput SK Penetapan PPPK Paruh Waktu, Oktober Pengangkatan Harus Clear
BACA JUGA:Petani Arah Tiga Panen Raya Padi MT II 2025, Dihadiri Bupati dan Anggota Dewan
Pemerintah Kota Surabaya kala itu mengizinkan masyarakat membeli tanah di lokasi tersebut, hingga pada tahun 1968 seorang perempuan keturunan campuran Belanda, Jawa, Manado, dan Filipina, Dolly Chavit (1929-1991) yang dikenal dengan nama Tante Dolly van der Mart, menginjakkan kaki di Surabaya untuk pertama kalinya.
Dolly dan suami, Van der Mart, membeli sebidang lahan bekas pemakaman di Jarak, kemudian ia mendirikan sekaligus mengelola lokalisasi prostitusi mulai tahun 1969.
Dari sanalah nama Gang Dolly berasal dan digunakan sebagai nama jalan sekaligus bisnis lokalisasi prostitusi. Dolly dan keluarga mengelola bisnis ini sampai ia meninggal pada tahun 1991.
Keturunan dari Dolly sampai sekarang masih ada di Surabaya, meskipun sudah tidak mengelola bisnis lagi sepeninggal Dolly.
Kawasan Dolly berada di tengah kota, berbaur dengan pemukiman penduduk yang padat, di kawasan Putat Jaya, Surabaya. Kompleks lokalisasi Dolly menjadi sumber rezeki bagi banyak pihak.
Bukan hanya bagi pekerja seks, tetapi juga pemilik warung, penjaja rokok, tukang parkir, tukang ojek, dan tukang becak. Para pekerja seks berasal dari Semarang, Kudus, Pati, Purwodadi, Nganjuk, Surabaya, dan Kalimantan.*