RMONLINE.ID - Stoicism, atau Stoisisme dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah aliran filsafat yang berakar dari Yunani kuno.
Filosofi ini telah bertahan selama lebih dari dua milenium dan terus menarik perhatian di era modern.
Namun, apa sebenarnya Stoicism itu, dan mengapa relevansinya masih kuat hingga saat ini?
Stoicism didirikan oleh Zeno dari Citium di Athena sekitar tahun 300 SM. Nama "Stoic" berasal dari "Stoa Poikile", sebuah balai beratap di Athena tempat Zeno mengajarkan filsafatnya.
BACA JUGA:Urutan Kelahiran Mempengaruhi Kepribadian? Ini 7 Perilaku yang Sering Ditemukan pada Anak Bungsu
Filsafat ini kemudian dikembangkan oleh pemikir-pemikir besar seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius.
Stoicism memiliki prinsip-prinsip dasar. Berikut ini berbagai prinsip dasar stoicism.
1. Fokus pada Hal yang Dapat Dikendalikan
Stoicism mengajarkan untuk membedakan antara hal-hal yang dapat kita kendalikan dan yang tidak. Kita harus fokus energi kita pada hal-hal yang berada dalam kendali kita, seperti pikiran dan tindakan kita sendiri.
2. Hidup Selaras dengan Alam
Stoic percaya bahwa kebahagiaan sejati datang dari hidup sesuai dengan hukum alam dan menjalankan peran kita dalam masyarakat dengan baik.
BACA JUGA:Cara Mencegah Gangguan Kesehatan Mental Borderline Personality Disorder (BPD), Bukti LoveSelf!
BACA JUGA:Jangan Asal-asalan! Ini Asupan yang harus Bunda Berikan untuk Peninggi Badan di Usia Anak-anak
3. Praktik Kebajikan
Stoicism menekankan empat kebajikan utama: kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan pengendalian diri.
4. Penerimaan terhadap Takdir
Stoic mengajarkan untuk menerima apa yang tidak bisa diubah dengan tenang dan rasional.
5. Mindfulness dan Refleksi Diri