RMONLINE.ID – Bayangkan sebuah negara dengan populasi lebih dari 1 miliar jiwa, namun pulang dari panggung olahraga terbesar dunia dengan tangan hampa dari medali emas. Itulah kenyataan pahit yang harus ditelan India di Olimpiade Paris 2024. Dengan kontingen besar berjumlah 110 atlet yang berlaga di 16 cabang olahraga, harapan publik akan emas pertama sejak 2008 pupus sudah.
Kekecewaan melanda seantero negeri. Media sosial dibanjiri komentar pedas, mempertanyakan bagaimana negara sebesar India gagal bersinar di ajang sekelas Olimpiade. Sorotan tajam tertuju pada sistem pembinaan atlet dan kurangnya investasi di bidang olahraga.
Meski tanpa emas, India bukannya tanpa prestasi. Neeraj Chopra, atlet lempar lembing andalan, mempersembahkan medali perak. Lima perunggu lainnya diraih dari berbagai cabang, termasuk menembak (Manu Bhaker di 10m Air Pistol dan tim campuran 10m Air Pistol), gulat (Bajrang Punia di 65kg gaya bebas putra), hoki (tim putra), dan berkuda (Aman Sehrawat di eventing individual). Namun, bagi publik India, pencapaian ini terasa hambar.
Di tengah kekecewaan, ada pula suara yang menyerukan introspeksi. Mantan atlet dan pengamat olahraga ramai-ramai mengkritik sistem yang dianggap ketinggalan zaman. Minimnya fasilitas latihan, kurangnya pelatih berkualitas, dan birokrasi yang menghambat perkembangan atlet menjadi sorotan utama.
BACA JUGA:Angka Inflasi Mukomuko Turun, Lebih Rendah dari Inflasi Nasional
BACA JUGA:Kisah Bambu Runcing Dalam Merebut Kemerdekaan Hingga Menjadi Simbol Perjuangan
Pemerintah India pun tak tinggal diam. Menteri Olahraga, Anurag Thakur, mengakui kegagalan ini dan berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh. Ia menekankan pentingnya pembenahan sistem pembinaan atlet dari akar rumput hingga level elit.
Di sisi lain, ada pula kisah pilu yang mewarnai perjalanan kontingen India. Pegulat wanita Vinesh Phogat harus merelakan medali perak di depan mata karena didiskualifikasi akibat kelebihan berat badan. Insiden ini menambah daftar panjang kekecewaan India di Paris.
Salah satu cabang yang paling mengecewakan adalah panahan. India, yang pernah mendominasi cabang ini, pulang tanpa medali. Mereka kalah telak dari Korea Selatan yang memborong 4 medali emas. Kegagalan ini menjadi pukulan telak bagi India, mengingat panahan adalah salah satu cabang yang paling diharapkan bisa menyumbang emas.
BACA JUGA:Rincian Mata Pilih di 15 Kecamatan di Mukomuko Jelang Pilbup, Terbanyak di Sini
BACA JUGA:Indikasi Geografis Batik Tando Pusako Mukomuko Didaftarkan ke Kemenkum dan HAM
Namun, di balik mendung kelabu, masih ada secercah harapan. Atlet-atlet muda India menunjukkan potensi besar. Manu Bhaker, misalnya, meraih perunggu di cabang menembak pada usia yang masih belia. Generasi inilah yang diharapkan menjadi tulang punggung India di masa depan.
Olimpiade Paris 2024 mungkin menjadi catatan kelam bagi India. Namun, kegagalan ini bisa menjadi titik balik untuk kebangkitan olahraga di negara tersebut. Dengan populasi yang besar dan bakat yang melimpah, India punya potensi untuk menjadi raksasa olahraga dunia.
Namun, untuk mewujudkan mimpi itu, diperlukan perubahan besar-besaran. Investasi yang lebih besar, pembinaan atlet yang lebih baik, dan mental juara yang harus ditanamkan sejak dini. Hanya dengan begitu, India bisa berharap meraih emas di Olimpiade mendatang dan mengharumkan nama bangsa di pentas dunia.
Untuk saat ini, India harus menerima kenyataan pahit. 1 miliar penduduk, nihil emas Olimpiade. Sebuah ironi yang menyakitkan, namun sekaligus menjadi cambuk untuk bangkit dan membuktikan bahwa mereka bisa lebih baik lagi.*