RMONLINE.ID – Olimpiade, ajang olahraga terbesar di dunia, selalu menjadi sorotan. Namun, di balik gemerlapnya pesta olahraga ini, terdapat awan gelap yang membayangi: beban utang yang melilit tuan rumah. Bagaimana bisa ajang bergengsi ini berubah menjadi jebakan utang? Mari kita telusuri lebih dalam.
Sejak beberapa dekade terakhir, biaya menjadi tuan rumah Olimpiade terus membengkak. Pembangunan infrastruktur megah, akomodasi atlet, dan pengamanan ketat menjadi faktor utama. Namun, dampak ekonomi yang dijanjikan seringkali tak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah menjadi tuan rumah Olimpiade masih layak?
Olimpiade Paris 2024 menjadi ujian besar. Dengan biaya yang diperkirakan mencapai miliaran dolar, Paris harus membuktikan bahwa mereka mampu mengelola ajang ini dengan baik dan mendapatkan manfaat ekonomi yang signifikan. Jika tidak, Paris bisa terjebak dalam lilitan utang yang sulit diatasi.
BACA JUGA:Angka Inflasi Mukomuko Turun, Lebih Rendah dari Inflasi Nasional
BACA JUGA:Kisah Bambu Runcing Dalam Merebut Kemerdekaan Hingga Menjadi Simbol Perjuangan
Montreal 1976 menjadi contoh nyata bagaimana Olimpiade bisa menjadi mimpi buruk finansial. Utang yang menumpuk akibat pembangunan infrastruktur yang berlebihan membuat Montreal terbebani selama puluhan tahun. Kisah ini menjadi peringatan bagi calon tuan rumah Olimpiade di masa depan.
Pertanyaan besar lainnya adalah: siapa yang bertanggung jawab atas beban utang ini? Apakah pemerintah tuan rumah, Komite Olimpiade Internasional (IOC), atau pihak lain? Pertanyaan ini masih menjadi perdebatan hingga saat ini.
Banyak pihak yang menyerukan perlunya reformasi dalam penyelenggaraan Olimpiade. Mulai dari pembatasan biaya, transparansi keuangan, hingga evaluasi dampak ekonomi yang lebih ketat. Reformasi ini diharapkan bisa mencegah tuan rumah Olimpiade di masa depan terjebak dalam lilitan utang.
Masa depan Olimpiade berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, Olimpiade tetap menjadi ajang olahraga yang menginspirasi dan menyatukan dunia. Namun, di sisi lain, beban utang yang menghantui tuan rumah menjadi ancaman serius.
BACA JUGA:Cabut Aturan Alat Kontrasepsi Bagi Pelajar di Sekolah Kata Anggota Komisi IX DPR RI
BACA JUGA:Kantongi Mandat Parpol Pengusung, 3 Bakal Paslon Bupati Mukomuko Sudah Aman
IOC, pemerintah tuan rumah, dan seluruh pemangku kepentingan harus bekerja sama mencari solusi agar Olimpiade tetap menjadi ajang yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Dengan belajar dari pengalaman masa lalu dan melakukan reformasi yang diperlukan, diharapkan Olimpiade bisa terus menjadi pesta olahraga yang membanggakan tanpa meninggalkan beban utang bagi tuan rumah.
Olimpiade adalah sebuah tantangan besar, bukan jebakan. Dengan perencanaan yang matang, pengelolaan yang baik, dan transparansi keuangan, tuan rumah Olimpiade bisa meraih kesuksesan tanpa harus terjerat dalam lilitan utang.*