Tidak hanya itu, Malahayati pun memimpin pasukan yang diberi nama Inong Balee. Inong berati wanita, sedangkan Balee artinya janda. Jadi Inong Balee artinya adalah wanita janda.
Perjuangan Malahayati bermula dari peristiwa perang di perairan Selat Malaka. Pasukan kasultanan Aceh dipimpin oleh Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Mukammil yang dibantu dua orang laksamana, salah satunya Laksamana Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief.
BACA JUGA:5 Pahlawan Indonesia Yang Meninggal Dunia Saat Masih Berusia Muda
BACA JUGA:Pahlawan Wanita Indonesia Yang Paling Menakutkan Bagi Bangsa Penjajah
Pertempuran yang berlangsung sengit tersebut dimenangkan oleh pasukan Kesultanan Aceh. Namun, suami Malahayati itu tewas dalam pertempuran tersebut.
Tahu suaminya tewas, Malahayati pun berjanji akan menuntut balas dan meneruskan perjuangan suaminya.
Akhirnya tibalah momen dimana Cornelis de Houtman ditantang untuk bertarung dengan pimpinan pasukan Inong balee, yakni Malahayati.
Kendati lawannya adalah seorang pria, Malahayati tidak gentar dan akhirnya mampu menumbangkan Cornelis de Houtman melalui sabetan tajam Rencongnya. Padahal kala itu Cornelis de Houtman bersenjatakan pedang.
Pertarungan berlangsung di geladak kapal Cornelis de Houtman pada 11 September 1599. Tanggal ini dicatatkan sejarah sebagai hari kematian Cornelis de Houtman.
Kapten itu tewas di tangan seorang perempuan Aceh ini. Malahayati kemudian mendapat gelar “Laksamana” untuk keberaniannya.
Perjuangan Laksamana Malahayati yang gigih melawan penjajah bersama Inong Balee harus terhenti pada tahun 1606. Saat pertempuran Inong Balee melawan Portugis di periaran Selat Malaka, Laksamana Malahayati tewas.
Jasad Laksamana Malahayati kemudian dimakamkan di Desa Lamreh, Kecamatan Majid Raya, Kabupaten Aceh Besar, sekitar 35 kilometer dari ibu kota Provinsi Nanggrou Aceh Darussalam atau pusat Kota Banda Aceh.
Makam laksamana Malahayati berada di puncak bukit kecil sebelah utara Desa Lamreh.
Itulah kisah singkat Malahayati pahlawan wanita tangguh dari Aceh.*