Pesan Soekarno Pada Anak dan Ajudannya Saat Meninggalkan Istana Sebelum 17 Agustus

Kamis 08-08-2024,09:00 WIB
Reporter : Amris
Editor : Amris

RMONLINE.ID - Presiden Pertama Indonesia Ir. Sukarno, dalam sejarahnya diminta meninggalkan Istana Merdeka sebelum 17 Agustus 1967 yang merupakan hari kemerdekaan Indonesia.

Malansir dari banyak sumber dan dokumen, detik-detik pergi dari istana negara, Bung Karno hanya mengenakan kaus oblong putih dan celana panjang hitam. Dengan menumpang VW kodok, ia minta diantarkan ke rumah Fatmawati di bilangan Sriwijaya, Kebayoran.

“Mana kakak-kakakmu ” kata Bung Karno. Guruh pun menoleh ke arah bapaknya dan berkata "Mereka sudah pergi kerumah Ibu”.

Bung Karno pun berkata lagi “Mas Guruh, bapak sudah tidak diperbolehkan lagi tinggal di Istana ini lagi, kamu lekas persiapkan barang-barangmu, dan kamu jangan ambil lukisan atau hal lain, karena itu punya negara.” kata Bung Karno.

Selanjutnya, Bung Karno mengumpulkan semua ajudan-ajudannya yang masih setia kepadanya. Ada juga Beberapa ajudannya yang sudah tidak kelihatan karena ditangkap dan diduga ajudan dari Bung Karno tersebut terlibat dalam peristiwa Gestapu (G-30S/PKI). 

BACA JUGA:Keberanian Soekarno Mencintai dan Melamar Gadis-Gadis Belanda

BACA JUGA:Mitos Presiden Soekarno Gunakan Kacamata Tembus Pandang, Begini Fakta Sebenarnya

Dalam penyampaian Bung Karno kepada ajudannya yang masih setia di Istana dia mengatakan. “Aku sudah tidak boleh tinggal di Istana ini lagi, kalian jangan menggambil apapun, lukisan-lukisan itu, Souvenir dan macam-macam barang. Itu Milik Negara.

Semua itu karena Soekarno dikenal sebagai orang yang antikorupsi. Ketika akhirnya harus meninggalkan istana pada 1967, Sukarno masih menunjukkan integritasnya. Salah satunya ketika dia meninggalkan istana bersama anak-anaknya. 

Sikap kenegarawanan Bung Karno juga ditunjukkan ketika dia menyikapi penggulingan dirinya. Salah satu ajudan Bung Karno kala itu bertanya, “Kenapa Bapak tidak melawan? Kenapa dari dulu Bapak tidak melawan?” 

Mendengar pertanyaan itu, Bung Karno menjawab, “Kalian tahu apa... Kalau saya melawan, nanti perang saudara. Perang saudara itu sulit. Jikalau perang dengan Belanda, kita jelas... Hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak... Lebih baik saya robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara!” 

BACA JUGA:Wanita Terakhir Dinikahi Soekarno Hanya Bertahan 2 Tahun, Ini Penyebabnya Terpisah

BACA JUGA:Cerita Presiden Soekarno dan 670 Kupu-Kupu Malam Kesayangannya, Strategi Jitu

Yang pasti momen pergantian kekuasaan antara Soekarno Presiden RI pertama dengan Soeharto menjadi salah satu uperistiwa yang paling bersejerah yang akan selalu dikenang.

Pasalnya, ketika Bung Karno lengser dari pemerintahannya ada peristiwa bersejarah yang tak terlupakan. Melansir buku yang berjudul "Selangkah Lebih Dekiat dengan Soekarno", tertulis dalam buku tersebut jika Bung Karno dipaksa Soeharto untuk meninggalkan Istana Negara.

Kategori :