BACA JUGA:Fakta Kacamata Presiden Soekarno Yang Mitosnya Tembus Pandang
Dalam sidang tersebut, salah satu tokoh Indonesia yang menyampaikan pemikiran dasar-dasar Pancasila adalah Soekarno.
Pada 1 Juni 1945, ia memperkenalkan lima sila yang terdiri dari Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hingga kini, Pancasila menjadi pedoman bagi masyarakat Indonesia dalam berkehidupan sosial sekaligus sebagai dasar negara Indonesia.
Satu hal yang perlu diketahui, Bung Karno adalah seorang politikus yang berperan penting dalam Revolusi Nasional Indonesia.
Ia bersama Mohammad Hatta memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia orang pertama yang mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.
BACA JUGA:Bukan Soekarno dan Soeharto, Ini Pejabat Presiden Indonesia Yang Pertama
BACA JUGA:Wanita Cantik Yang Menolak Cinta Soekarno dan Sultan Syahril, Alasannya Bikin Emak-Emak Bangga
Selain sebagai proklamator, Soekarno juga menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia pertama sejak 1945 hingga 1967, dengan masa pemerintahannya dikenal juga sebagai Orde Lama.
Pada pertengahan tahun 1960-an, di masa-masa akhir jabatan Soekarno, Indonesia mengalami stagnasi produksi, kemiskinan dan kelaparan yang merajalela, infrastruktur yang tidak terurus, dan hiperinflasi mencapai hampir 600 persen.
Pada 11 Maret 1966, Soekarno menandatangani Surat Perintah yang dikenal sebagai Supersemar yang menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.
Supersemar menjadi landasan Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.
Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan Soeharto menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.*