RMONLINE.ID - Salah satu sejarah perjuangan bangsa yang tidak boleh dilupakan oleh anak bangsa Indonesia adalah perjuangan barisan selempang merah dari Kuala Tungkal dan Tanjung Jabung Provinsi Jambi.
Pasukan selempang merah ini memiliki ciri-ciri,selendang merah diselempangkan di bahu kiri ke bawah tangan hingga ke pinggang kanan, kedua ujungnya diikat sehingga tidak mudah lepas.
Selempang merah digunakan dalam pertempuran yang merupakan atribut atau tanda pengenal pejuang.
Selempang merah ini berukuran lebar sekitar 3 sampai 5 centi meter dan panjang 1½ sampai 2 meter yang telah berjahit tangan.
Selempang merah juga bertuliskan ayat-ayat al-Qur’an dengan tinta rajah-rajah.
BACA JUGA:Bupati Mukomuko Minta Bantuan Kementerian Perdagangan Bangun Pasar Rakyat
BACA JUGA:Nelayan Bantal - Mukomuko Berdamai, Pemilik Kapal Bersedia Bayar Denda Pelanggaran
Bukan itu saja, selempang Merah juga memiliki arti lain yaitu suatu ilmu kebathinan yang bernafaskan Islam yang mana terdapat amalan dan dzikir.
Umunya anggota arau pasukan barisah selempang merah adalah sekumpulan pasukan dengan dominasi anggotanya adalah agama Islam dari berbagai suku.
Dibentuk sebelum agresi militer Belanda ke II tahun 1949, Tujuan pembuatan pasukan untuk mengusir Belanda dari daerah Kuala Tungkal, Provinsi Jambi dan juga Tanjung Jabung.
Anggota yang tergabung mencapai 3.000 orang dan tersebar disepanjang pesisir pantai Tanjung Jabung.
Dalam sejarahnya pasukan Selempang Merah turun ke medan perang hanya berbekal senjata parah dan badik.
Malansir dari militer.id, Kisah dimulainya perjuangan barisan Selempang Merah dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) ini berawal pada tanggal 21 Januari 1949 saat beberapa tentara Belanda berusaha masuk ke wilayah kota Kuala Tungkal.
Belanda masuk melalui jalur laut, tak tanggung-tanggung kota Kualat Tungkal juga dihujani tembakan artileri.
Sasaran penghancuran lokasi yang ingin dihancurkan Belanda salah satunya adalah tempat ibadah. Karena saat serangan tersebut pasukan Belanda tidak segan-segan meruntuhkan menara Masjid Agung saat sedang ramai orang yang tengah beribadah.