Sedangkan dari sisi kekurangannya sendiri, film ini cukup berasa dragging di pertengahan menuju akhir scene.
Meski begitu, kisah Badarawuhi Di Desa Penari ditutup dengan ending yang cukup mengena di hati penulis.
Soal bagaimana mengenanya adegan ending ini, gak bisa dijabarkan secara jelas di artikel, tapi kamu harus menontonnya sendiri di bioskop.
Satu lagi kekurangan dari film ini yang menurut penulis sedikit mengganggu, walau tidak major yakni penggunaan dialek Jawa.
Buat penulis, dialek Jawa yang diutarakan para pemain memang sudah lebih enak didengar alias luwes, tetapi masih ada beberapa kata yang masih aneh saat didengar di telinga.
Lagi-lagi hal ini bisa ditolerir karena memang hampir sebagian pemeran dalam film ini bukanlah penutur aktif bahasa Jawa di keseharian.
Jadi, jika terdapat kata-kata atau pelafalan yang terdengar kasar dan kaku, masih bisa dimaklumi.*