RADARMUKOMUKO.COM - Di tengah hutan Amazon yang luas, tersembunyi sebuah suku yang keberadaannya hampir menjadi mitos.
Suku Piripkura, sebuah komunitas kecil yang terisolasi dari dunia luar, kini menghadapi ancaman yang mungkin akan menghapus jejak mereka dari muka bumi.
Suku Piripkura adalah salah satu dari sedikit suku terpencil yang masih bertahan tanpa kontak signifikan dengan peradaban global.
BACA JUGA:Dianggap Sarang Maksiat, Warga RT8 Sepakat Tutup Paksa Penginapan Nibung 88
BACA JUGA:Perbaiki Dapodik, Bupati Mukomuko: Patokan Pusat Menentukan Arah Bantuan Pembangunan Sekolah
Mereka memilih untuk hidup dalam pengasingan sukarela, menjaga tradisi dan cara hidup yang telah diwariskan turun-temurun. Namun, keberadaan mereka yang tersembunyi tidak lagi menjadi jaminan keamanan.
Deforestasi yang semakin parah di Amazon telah membawa suku Piripkura ke ambang kepunahan. Dengan hanya tiga anggota yang diketahui masih bertahan hidup, suku ini berjuang melawan waktu dan kekuatan eksternal yang ingin menguasai wilayah mereka. Pembalakan liar dan pembangunan peternakan telah merampas hutan yang menjadi rumah dan sumber kehidupan mereka.
Rita Piripkura, salah satu anggota suku yang sering berhubungan dengan dunia luar, menyuarakan kekhawatirannya akan nasib saudara laki-lakinya, Baita, dan keponakannya, Tamandua.
Mereka adalah dua dari tiga anggota terakhir suku yang memilih untuk tetap terisolasi. “Mereka berada di ambang kepunahan dan bisa dibunuh dalam hitungan hari,” kata Sarah Shenker, juru kampanye di LSM hak masyarakat adat, Survival International.
BACA JUGA:Berbahayakah Lapisan Lilin Pada Buah Anggur? Inilah Fakta Lapisan Lilin Buah Anggur
BACA JUGA:Menjelang Mulai Dioperasikan, Rumah Sakit Pratama Ipuh Belum Tersambung Jaringan Listrik
Wilayah cagar alam Piripkura, yang terletak di negara bagian Mato Grosso, Brasil, seharusnya dilindungi oleh hukum.
Namun, suku Piripkura kalah dalam pertempuran melawan para penebang dan petani yang merebut wilayah mereka.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa area hutan seluas hampir 24 kilometer persegi di cagar alam Piripkura telah dibabat habis dalam kurun waktu satu tahun.
Kisah suku Piripkura adalah peringatan bagi kita semua tentang pentingnya menjaga keberagaman budaya dan kelestarian lingkungan. Mereka mengingatkan kita bahwa setiap suku dan komunitas memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hidup bebas dari intervensi luar yang merusak.