Air juga merupakan zat yang tidak mudah terbakar, karena sudah mengandung oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran.
Minyak bumi merupakan zat yang tidak stabil, yaitu mudah bereaksi dengan zat lain.
Minyak bumi juga merupakan zat yang mudah terbakar, karena mengandung hidrokarbon yang dapat bereaksi dengan oksigen dan melepaskan energi.
Keempat, air dan minyak memiliki perbedaan dalam hal nilai kalor.
BACA JUGA:Syarat Calon Bupati Jalur Independent Atau Tanpa Parpol, Cukup KTP Segini
Nilai kalor adalah jumlah energi yang dilepaskan saat satu gram zat terbakar sempurna.
Air memiliki nilai kalor nol, yaitu tidak melepaskan energi saat terbakar. Minyak bumi memiliki nilai kalor tinggi, yaitu berkisar antara 40 sampai 50 kJ/g, tergantung pada jenis dan komposisi hidrokarbonnya.
Dari keempat perbedaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa minyak bumi lebih cocok digunakan sebagai bahan bakar mesin daripada air.
Hal ini karena minyak bumi memiliki sifat fisika dan kimia yang memungkinkan untuk terbakar dan melepaskan energi yang besar. Sedangkan air memiliki sifat fisika dan kimia yang tidak memungkinkan untuk terbakar dan melepaskan energi.
Namun, penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar mesin juga memiliki dampak negatif, baik bagi lingkungan maupun bagi ketersediaan sumber daya alam.
Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga suatu saat akan habis.
Selain itu, pembakaran minyak bumi juga menghasilkan gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
Oleh karena itu, penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar mesin perlu dikurangi dan digantikan dengan sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, seperti biodiesel, etanol, hidrogen, listrik, dan lain-lain.
Dengan demikian, kita dapat menjaga keseimbangan alam dan keberlangsungan hidup manusia di bumi.*