Disinilah akan memberikan kesempatan bagi para mereka untuk dapat merenung dan berpikir tentang kehidupan dan keputusan yang mereka buat.
Tradisi Ubasuteyama ini tentunya tidak akan pernah lepas dari konflik moral dan dampak emosional yang dialami oleh mereka yang terlibat.
Anak-anak yang membawa orang tua mereka terkadang mengalami pertentangan batin, dipaksa untuk memutuskan antara kewajiban keluarga dan rasa kemanusiaan.
Selain itu juga, Orang tua yang ditinggalkan di puncak gunung mungkin juga mengalami perasaan kehilangan dan terpisah dari keluarga mereka.
Hal inilah yang menyebabkan dalam beberapa dekade terakhir, praktik Ubasuteyama telah menjadi sangat kontroversial dan kurang umum dilakukan lagi.
Perubahan dalam dinamika sosial, kesejahteraan ekonomi yang meningkat, dan pergeseran nilai-nilai masyarakat telah menyebabkan banyak orang meninggalkan tradisi ini.
Di satu sisi, ini dapat dianggap sebagai kemajuan menuju pemahaman dan penghormatan yang lebih besar terhadap orang tua.*