Namun, di balik kesuksesan mereka, hubungan antara Adi dan Rudi mulai memburuk. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perselisihan antara mereka, seperti perbedaan kepribadian, persaingan bisnis, dan konflik keluarga.
BACA JUGA:Jelang Pemilihan Caleg Pendatang Baru 'Mengganas', Incumbent Diujung Tanduk
BACA JUGA:Satgas Propam Polres Mukomuko Tekankan Dedikasi dan Profesionalisme Petugas Pengamanan Pemilu 2024
Salah satu insiden yang memicu perceraian mereka adalah ketika Adi mengira Rudi mengkhianatinya dengan bekerja sama dengan Nazi selama Perang Dunia II.
Pada 1948, Adi dan Rudi memutuskan untuk berpisah dan mendirikan perusahaan sepatu masing-masing.
Adi mengambil nama Adidas, yang merupakan singkatan dari nama depan dan belakangnya.
Rudi mengambil nama Puma, yang merupakan singkatan dari nama belakangnya dan kata "Schuhfabrik", yang berarti pabrik sepatu.
Dari sinilah persaingan bisnis antara Adidas dan Puma dimulai.
Kedua merek ini berlomba-lomba untuk mendapatkan kontrak dengan para atlet, klub, dan federasi olahraga.
Mereka juga terus mengembangkan teknologi dan desain sepatu yang lebih canggih dan menarik.
Beberapa produk terkenal dari Adidas dan Puma adalah sepatu sepak bola Copa Mundial, sepatu lari Suede, dan sepatu basket Clyde.
Hingga saat ini, Adidas dan Puma masih menjadi dua merek sepatu olahraga terbesar di dunia, dengan pendapatan miliaran dolar setiap tahun.
Meskipun Adi dan Rudi sudah meninggal, warisan mereka masih hidup dalam produk-produk yang mereka ciptakan.
Selain berkompetisi di pasar sepatu olahraga, Adidas dan Puma juga terlibat dalam perseteruan sosial dan politik di kota asal mereka, Herzogenaurach.
Kota ini terbagi menjadi dua kubu, yaitu pendukung Adidas dan pendukung Puma.
Kubu-kubu ini saling bermusuhan dan tidak mau berinteraksi satu sama lain. Bahkan, ada beberapa toko, restoran, dan bar yang hanya melayani pelanggan dari salah satu kubu.