MUKOMUKO, RADARMUKOMUKO.COM –Semua masyarakat kabuparen Kerinci Jambi dan kabupaten Mukomuko Bengkulu berharap akses jalan Selagan Raya Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu ke daerah Lempur, Kabupaten Kerinci, Jambi sudah tembus untuk kendaraan.
Jika akses jalan tersebut betul terlaksana sebagaimana yang selalu dijanjikan oleh Gubernur Bengkulu, jarak tempuh akan dihemat 141 km.
Dimana, selama ini akses antar dua kabupaten melalui jalur Pesisir Sumbar , Tapan, Sako, hutan TNKS hingga ke Sungai Penuh Kerinci jarak nya 186 km.
Sehingga secara keseluruhan ada selisih 141 km. Karena akases yang sudah dilalui oleh pejalan kakai baik warga yang mencari hasil hutan ternyata hanya 45 km.
BACA JUGA:Mukomuko Usulkan Sapras Lalin Jalan Nasional ke Kementerian Perhubungan
BACA JUGA:Jalan Alas Roban Yang Penuh Kengerian, Ternyata Begini Sejarah Pembangunannya
Dengan demikian kalau hanya 45 km akses jalanya bisa dilalui kendaraan mungkin hanya butuh waktu 1 jam lebih kurang Mukomuko kerinci jalur Sungai Ipuh-Lempur.
Sterusnya, akses jalan penghubung antar kabupaten dari dua provinsi tersebut hanya berjarak sekitar 45 kilometer (Km). Melewati kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
‘’Kalau jalan dari Selagan Raya ke Lempur Kerinci, sejak dulu sudah tembus. Melewati jalan setapak,’’ kata Jumadi, warga Selagan Raya, Mukomuko, Minggu, 28 Januari 2024.
Mengulas kembali, Jumadi mengatakan, terkait gaung rencana pembukaan jalan baru akses Selagan Raya Kabupaten Mukomuko ke Lempur Kabupaten Kerinci sudah lama didengungkan.
BACA JUGA:Jalan Tembus Mukomuko – Kerinci 45 Kilometer, Sekitar Satu Jam Perjalanan Melewati Hutan TNKS
BACA JUGA:Kabar Terbaru Jalan Mukomuko – Kerinci Sudah Tembus, Melewati Kawasan TNKS
‘’Hampir setiap masa kampanye pemilihan Gubernur Bengkulu, persoalan jalan Selagan Raya – Kerinci ini selalu dijadikan isu. Faktanya, benar jalan sudah tembus, tapi belum ada campur tangan pemerintah,’’ bebernya.
Adanya jalan setapak, Selagan Raya Mukomuko tembus ke Lempur Kerinci, berkemungkinan besar dibuka secara manual oleh warga.
‘’Sampai sekarang masih jalan setapak. Mungkin saja para pencari rotan, kayu dan garu yang tidak secara sengaja meretas hutan itu jadi jalan,’’ kata Jumadi.