RADARMUKOMUKO.COM - Salah satu tujuan liburan yang paling terkenal dan menjadi andalan daerah Bukittinggi Sumatera barat (Sumber), yaitu taman margasatwa dan Budaya Kinantan atau yang akrab disebut dengan kebun binatang Bukittinggi.
Adapun kebun binatang ini berada di tengah kota atau tepatnya di atas Bukit Cubadak Bungkuak, Bukittinggi. Yang pasti taman Margasatwa ini memiliki koleksi hewan terlengkap di Pulau Sumatra.
Menariknya lagi posisi kebun binatang ini juga berdekatan dengan Jam Gadang yang sangat legendaris menjadi Icon sumatera barat. Di seberangnya terdapat Bukit Jirek, tempat Benteng Fort de Kock yang dihubungkan lewat jembatan limpapeh.
BACA JUGA:KPU Siapkan 138.240 Susu Pemilu Legislatif dan Pilpres 2024
Dari atas bukit, pengunjung dapat mengamati bentangan alam di sekelilingnya yang bergelombang. Mulai dari pemandangan Gunung Singgalang, Gunung Sago, Gunung Marapi hingga Ngarai Sianok tersaji di sekitar bukit ini.
Satu hal yang perlu diketahui, taman satwa ini merupakan salah satu kebun binatang tertua di Indonesia. Pembangunannya pada tahun 1900 dengan nama Stormpark yang berawal dari gagasan ide seorang Belanda yang bertugas di Fort de Kock, bernama Gravenzanden.
Awalnya, hanya dibangun sebagai sebuah taman bunga. Tetapi mulai tahun 1929, fungsinya dikembangkan menjadi sebuah kebun binatang.
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Bangun 4 Unit Jembatan di APBD 2023
Dilansir dari berbagai sumber seperti indonesiakaya.com, pada tahun 1933, dilakukan pertukaran koleksi antara kebun binatang ini dengan kebun binatang Surabaya (Soerabaiasche Planten-en Dierentuin).
Melalui pertukaran ini, Kebun Binatang Bukittinggi memperoleh sejumlah koleksi spesies fauna Indonesia Timur sedangkan Kebun Binatang Surabaya memperoleh koleksi spesies fauna asli Sumatera sebanyak 150 ekor.
Kebun binatang ini sempat mengalami masa sulit saat pendudukan Jepang. Tentara Jepang tidak menganggap penting keberadaan kawasan ini sehingga sebagian besar hewan tidak terawat dengan baik, bahkan mati terlantar. Sejumlah fasilitas pun sempat dialih fungsikan untuk memenuhi kebutuhan militer tentara Jepang.
BACA JUGA:Gaji Guru Honor Daerah 2 Bulan Hampir Dipastikan Hangus, Dana BOS Tak Cukup
Kondisi berangsur membaik seiring era kemerdekaan RI dimana lokasi ini menjadi Taman Puti Bungsu dan kemudian menjadi Taman Marga Satwa Kinantan pada tahun 1995 hingga saat ini.
Sesuai namanya, kawasan ini juga berfungsi sebagai sebuah wahana yang tepat untuk menggali wawasan budaya. Di sini berdiri sebuah bangunan rumah adat Minangkabau yang disebut Rumah Adat Baanjuang.
Rumah adat yang didirikan sekitar tahun 1935 ini hingga kini difungsikan sebagai sebuah museum yang mengangkat kebudayaan tradisional masyarakat Minangkabau.*