Daftar Pahlawan Wanita Indonesia, Sejak Era Perjuangan Kemerdekaan Hingga Orde Baru

Kamis 19-10-2023,21:00 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

Maria Walanda Maramis 

Nama aslinya Maria Josephine Catherine Maramis, dilahirkan di Kema, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, pada 1 Desember 1872. Ia menjadi pahlawan Nasional wanita karena jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemajuan dan emansipasi perempuan.

Ia mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) sebagai wadah untuk memajukan kaum perempuan di Minahasa. PIKAT yang digagas oleh Maria berkembang pesat, punya banyak cabang hingga ke Kalimantan dan Jawa.

Nyi Ageng Serang

Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi, lahir di Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, tahun 1752. Ia adalah anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram, tepatnya di Serang yang sekarang wilayah perbatasan Grobogan-Sragen.

Ia berjuang melawan Belanda bersama suami, ayah, dan kakaknya. Mereka terus mengobarkan semangat dalam membela rakyat melawan penjajah yang saat itu dibantu Paku Buwono I.

Perjuangannya terus berlanjut meski keluarga tercinta telah gugur lebih dulu. Nyi Ageng Serang dengan berani tetap memimpin pasukan yang tersisa hingga dia berusia 73 tahun.

Andi Depu

Lahir dengan nama Andi Depu Maraddia Balanipa di Tinambung, Polewali Mandar pada bulan Agustus 1907. Ia adalah salah satu dari pahlawan nasional wanita yang terkenal sangat pemberani.

Berkat kegigihannya, Andi Depu berhasil mempertahankan wilayahnya dari penaklukan Belanda. 

Tak hanya itu, ia juga dengan berani mengibarkan bendera Merah Putih saat pasukan Jepang datang di Mandar pada tahun 1942. Andi Depu kemudian dianugerahi Bintang Mahaputra Tingkat IV dari Presiden Soekarno.

Opu Daeng Risadju

Opu Daeng Risadju memiliki nama kecil Famajjah, merupakan anak dari pasangan Muhammad Abdullah To Baresseng dan ibunya Opu Daeng Mawellu yang merupakan keturunan bangsawan Luwu. Setelah dewasa, Famajjah menikah dengan H Muhammad Daud, seorang ulama yang pernah tinggal di Mekkah.

Nama Opu Daeng Risadju didapatkannya setelah sang suami diangkat menjadi imam masjid Istana Kerajaan Luwu. Bersama sang suami, ia mendirikan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) cabang Palopo yang menentang pemerintahan kolonial.

Dirinya kemudian meluaskan perjuangannya yang menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah Belanda. Kendati mendapat banyak tekanan dan ancaman, sampai dicabutnya gelar kebangsawanannya, ia tetap gigih melanjutkan perjuangan.

Ruhana Kuddus

Kategori :