Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien juga dari Aceh memutuskan untuk ikut berperang setelah suami pertamanya meninggal di tangan para penjajah.
Bersama Teuku Umar, suami keduanya yang mengizinkan Cut Nyak Dhien ikut berperang, mereka akhirnya berjuang mengusir Belanda, meski akhirnya Teuku Umar juga meninggal saat berperang.
Cut Nyak Dhien kemudian maju sendirian melawan Belanda. Ia juga sangat ditakuti dan dibenci Belanda akibat kegigihannya dalam melawan penjajah.
Raden Adjeng Kartini
R.A Kartini merupakan tokoh perempuan yang lahir Jepara pada tahun 1879. R.A Kartini terkenal sebagai sosok yang memperjuangkan kebangkitan perempuan di Indonesia. Ketika itu, ia sedikit mengkritisi budaya Jawa yang menghambat perkembangan perempuan.
Melalui surat-suratnya, ia memberikan gagasan-gagasan terkait dengan perjuangan perempuan.
Dewi Sartika
Lahir dengan nama Raden Dewi Sartika di Cicalengka, Bandung, 4 Desember 1884. Beliau diberi gelar pahlawan bukan karena dirinya turut dalam pertempuran. Melainkan karena perjuangannya dalam merintis pendidikan untuk rakyat pribumi terutama kaum wanita.
Semasa hidupnya, Dewi Sartika mendirikan beberapa sekolah yang berkontribusi besar dalam pendidikan kaum hawa saat itu. Sekolah pertama yang ia dirikan Bernama Sekolah Istri di Pendopo Kabupaten Bandung.
Siti Walidah
Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan merupakan pahlawan perempuan yang dimiliki Indonesia. Ia lahir di Kauman, Yogyakarta pada tanggal 3 Januari 1872.
Ia menikah dengan Kyai Ahmad Dahlan, seorang ulama dan pendiri Muhammadiyah. Bersama sang suami, mereka berjuang demi kesetaraan pendidikan untuk masyarakat kecil.
BACA JUGA:7 Cara Mengetahui Telur Busuk, Sudah Berdarah atau Beranak, Nomor 5 Pasti Ketahuan
BACA JUGA:Emmy Saelan, Seorang Perawat dan Pejuang Yang Rela Meledakkan Diri Hingga Wafat Bersama Musuh
Pasangan tersebut mendirikan organisasi Sopo Tresno dan Aisyiyah yang memberikan perhatian khusus pada kemajuan perempuan terutama di bidang pendidikan. Ia juga berpartisipasi dalam diskusi tentang perang bersama Jenderal Sudirman dan Presiden Sukarno.