RADARMUKOMUKO.COM - Daan Mogot adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Maluku.
Ia adalah seorang pejuang kemerdekaan yang berani dan tegas melawan penjajah Belanda pada tahun 1817. Ia juga adalah seorang pelatih dan komandan militer yang disegani oleh rakyat maupun musuh.
Daan Mogot lahir dengan nama Thomas Matulessy pada tanggal 28 Desember 1783 di Haria, Saparua, Maluku.
Ia berasal dari keturunan bangsawan Raja Sahulau, yang merupakan kerajaan di Teluk Seram Selatan.
Ia mendapat pendidikan yang baik di sekolah-sekolah Eropa dan aktif dalam kegiatan keagamaan, sastra, dan seni.
BACA JUGA:Kapitan Pattimura, Pejuang Kemerdekaan yang Misterius
BACA JUGA:Aman Dimot Pejuang Kebal Peluru Asal Aceh Yang Ditakuti Belanda yang Tidak Banyak Diketahui
Pada tahun 1810, Maluku diambil alih oleh Inggris dari tangan Belanda. Thomas Matulessy bergabung dengan dinas militer Inggris sebagai sersan mayor.
Ia memimpin pasukan Hizbul Wathan, sebuah organisasi pergerakan Islam, untuk melawan penjajah Jepang yang datang pada tahun 1814.
Pada tahun 1816, Inggris menyerahkan Maluku kembali kepada Belanda. Thomas Matulessy tidak terima dengan hal ini dan memutuskan untuk memberontak.
Ia mengganti namanya menjadi Daan Mogot, yang berarti "yang menjadi pelopor di tanah kelahirannya". Ia memimpin pasukan pribumi untuk menyerang benteng Duurstede di Saparua pada tanggal 16 Mei 1817.
Daan Mogot berhasil merebut benteng Duurstede dan menawan residen Belanda, Van den Berg. Ia juga berhasil menguasai pulau-pulau lain di Maluku, seperti Haruku, Nusalaut, dan Ambon. Ia mendirikan pemerintahan sendiri yang berdasarkan pada nilai-nilai kebangsaan, keadilan, dan kemerdekaan.
Daan Mogot mendapat dukungan dari rakyat Maluku yang menganggapnya sebagai pahlawan dan pemimpin.
Ia juga mendapat hormat dari musuhnya, seperti Letnan Kolonel Michiels, yang mengakui keberanian dan kepemimpinannya. Ia juga mendapat simpati dari teman-temannya di Eropa, seperti Van Hogendorp dan De Stuers.
Namun, perjuangan Daan Mogot tidak mudah. Ia harus menghadapi serangan-serangan dari Belanda dan Sekutu yang ingin merebut kembali Maluku.