BACA JUGA:Perkebunan Teh Gunung Gambir, sisa Saksi Bisu Masa Penjajahan Belanda yang Masih Eksis Hingga Kini
Setelah perang berakhir, Australia kembali menguasai bagian utara dan selatan New Guinea sebagai wilayah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tahun 1949, Australia menggabungkan kedua wilayah itu menjadi Teritori Papua dan Nugini.
Pada tahun 1971, Teritori Papua dan Nugini mengubah namanya menjadi Papua Nugini. Pada tahun 1975, Papua Nugini memperoleh kemerdekaan penuh dari Australia. Sejak saat itu, Papua Nugini menjadi negara berdaulat yang terpisah dari Indonesia.
Salah satu peninggalan sejarah Inggris di Papua adalah Port Moresby, yang merupakan ibu kota Papua Nugini.
Kota ini dinamai menurut Kapten John Moresby, seorang perwira angkatan laut Inggris yang menjadi orang Eropa pertama yang mencapai kota itu pada tahun 1873.
Port Moresby memiliki beberapa bangunan bersejarah yang berasal dari masa penjajahan Inggris, seperti Government House (rumah kediaman gubernur), Parliament House (gedung parlemen), National Museum and Art Gallery (museum nasional dan galeri seni), dan Ela Beach (pantai populer).
Selain Port Moresby, ada juga beberapa tempat lain yang menjadi saksi bisu penjajahan Inggris di Papua, seperti:
- Kokoda Track, sebuah jalur pegunungan yang menjadi lokasi pertempuran sengit antara pasukan Australia dan Jepang pada tahun 1942.
BACA JUGA:Viral Karena Banyak Hasilkan Wanita Cantik, Ini Perbedaan Suku Baduy Luar dan Dalam
BACA JUGA:Suku-Suku Tua di Sumatera Selatan, Penunggu Bukit Barisan, Keturunan Raja Hingga Keturunan Cina
- Rabaul, sebuah kota pelabuhan yang menjadi basis utama Jerman dan kemudian Australia di Nugini Jerman. Kota ini hancur akibat letusan gunung berapi pada tahun 1994.
- Bougainville, sebuah pulau yang menjadi bagian dari Papua Nugini, tetapi memiliki sejarah konflik dan gerakan separatis. Pulau ini juga memiliki tambang tembaga terbesar di dunia yang dikelola oleh perusahaan Australia.