RADARMUKOMUKO.COM - Maluku adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sejarah yang panjang dan kaya.
Provinsi ini terdiri dari lebih dari seribu pulau yang tersebar di antara Samudra Hindia dan Laut Banda. Maluku dikenal sebagai pusat produksi rempah-rempah, seperti cengkeh, pala, dan fuli, yang sangat diminati oleh bangsa-bangsa Eropa sejak abad ke-16.
Karena kekayaan rempah-rempahnya, Maluku menjadi sasaran penjajahan oleh beberapa negara asing, seperti Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris. Salah satu negara yang pernah menguasai Maluku adalah Inggris, yang datang ke daerah ini pada akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19.
Inggris masuk ke Maluku setelah mengalahkan Belanda dalam Perang Napoleon. Pada tahun 1796, Inggris mengambil alih benteng-benteng Belanda di Ambon, Ternate, Tidore, dan Banda. Inggris juga mengganti bendera Belanda dengan bendera Union Jack di berbagai tempat strategis.
Salah satu peninggalan sejarah Inggris di Maluku adalah Benteng Victoria, yang terletak di kota Ambon. Benteng ini dibangun oleh Portugis pada tahun 1575, dan kemudian direbut oleh Belanda pada tahun 1605.
BACA JUGA:Politik Pecah Belah Belanda di Maluku, Penghianatan Yang Mengakhiri Perlawanan Pattimura
Benteng ini menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda di Maluku hingga tahun 1796, ketika Inggris mengambil alihnya.
Benteng Victoria memiliki bentuk segi empat dengan empat bastion di sudut-sudutnya. Di dalam benteng terdapat beberapa bangunan penting, seperti gereja, rumah sakit, gudang senjata, dan rumah kediaman residen. Benteng ini juga memiliki koleksi senjata-senjata kuno, seperti meriam dan pedang.
Selain Benteng Victoria, ada juga Rumah Raja Gowa yang terletak di kota Ternate. Rumah ini dibangun oleh Sultan Gowa ke-9 pada tahun 1658 sebagai hadiah untuk Sultan Ternate ke-37. Rumah ini memiliki arsitektur bergaya Bugis-Makassar dengan atap limas dan dinding kayu.
Rumah Raja Gowa menjadi tempat tinggal residen Inggris ketika mereka menguasai Ternate pada tahun 1810. Residen Inggris pertama yang tinggal di rumah ini adalah Thomas Stamford Raffles, yang kemudian menjadi pendiri Singapura.
Rumah ini juga menjadi saksi bisu perjanjian antara Inggris dan Belanda pada tahun 1814, yang menyerahkan kembali Maluku kepada Belanda.
Selain bangunan-bangunan tersebut, ada juga beberapa peninggalan lain dari masa penjajahan Inggris di Maluku. Misalnya:
- Makam Francis Drake, seorang penjelajah dan bajak laut Inggris yang meninggal di Laut Banda pada tahun 1596. Makamnya terletak di Pulau Neira.
- Masjid Wapauwe, sebuah masjid bersejarah yang dibangun oleh raja-raja Islam Maluku pada abad ke-15. Masjid ini pernah menjadi tempat ibadah bagi para tentara Inggris yang beragama Islam.