Ide dari pembuatan dari kanal tersebut datang dari Sultan HB IX pada masa pendudukan Jepang dengan propaganda romusha yang juga dikenakan pada seluruh rakyat Yogyakarta.
Oleh karena itu, Sultan HB IX mencoba berdiplomasi agar rakyatnya tidak terlibat didalamnya, salah satu dalihnya untuk persiapan perang itu diperlukan semacam logistik atau bahan pangan yang melimpah agar rakyat tidak kelaparan.
“Guna meningkatkan produksi pangan dibutuhkan irigasi yang baik agar persawahan atau tanaman pangan bisa mencukupi dan berhasil dengan panen melimpah sehingga saluran irigasi itu menjadi sangat penting. Diplomasi seperti itulah yang disukai pada waktu itu. Alhasil, rakyat tidak dikirim romusha tetapi diikutsertakan dalam pembuatan irigasi yang dikenal sekarang sebagai Selokan Mataram dan direstui Pemerintah Jepang,” ucapnya.
Margono mengungkapkan orang yang ikut romusha akan dibawa ke suatu tempat di mana ada proyek pemerintah Jepang. Umumnya banyak yang tidak bisa pulang, mengenaskan dan meninggal.*