Bandingkan Penderitaan Rakyat Saat Dijajah Belanda dan Jepang, Berikut Kebijakannya Yang Menyiksa

Rabu 27-09-2023,21:00 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

Pada 1870, dikeluarkan Undang-Undang Agraria dan Undang-Undang Gula oleh Engelbertus de Waal. Agrarische Wet dan Suiker Wet menandai diberlakukannya sistem Politik Pintu Terbuka, sekaligus menjadikan Hindia Belanda pusat perkebunan penting dalam perdagangan ekonomi dunia.

Namun, penderitaan rakyat akibat penjajahan, yang sebelumnya dalam bentuk Tanam Paksa, tidak juga membaik. Hanya berbeda wujud. Rakyat dipaksa bekerja di perkebunan besar. Hingga pertengahan abad ke-20, tumbuh banyak perkebunan kopi, teh, tebu, kina, kelapa, cokelat, tembakau, hingga kelapa sawit di Hindia Belanda.

Ketika banyak pengusaha swasta membangun perusahaan di Nusantara, rakyat Indonesia beralih menjadi buruh yang dipaksa bekerja habis-habisan dengan upah rendah. Makanan dan kesehatan mereka tidak terjamin, begitu pula dengan kesejahteraannya. 

Pelecehan

Kejahatan yang juga sulit dilupakan dan tidak manusiawi adalah, dugaan kejahatan seksual pada kaum wanita Indonesia. Banyak wanita dipaksa melayani tentara Belanda dan menjadi gundik atau wanita simpanan tanpa ikatan pernikahan. Termasuk jual beli budak wanita.

Kebijakan kejam Jepang selama menjajah Indonesia dirangkum dari berbagai sumber:

Romusha atau Kerja Paksa

Kekejaman Jepang yang paling dikenang dalam sejarah adalah romusha. Dimana Jepang memaksa rakyat untuk melakukan pekerjaan untuk kepentingan Jepang, seperti membangun Benteng hingga ke medan perang. 

Para pekerja romusha direkrut dengan paksa dengan mengharukan kepala daerah mendata laki-laki usia produktif untuk dipanggil kerja paksa.

BACA JUGA:Akibat Jepang Kalah Hadapi Gerakan Koreri Papua, Biak Jadi Wilayah Pertama Bebas Penjajah

BACA JUGA:Pria Muda Misterius Diduga Numpang Gantung Diri di Teras Rumah Warga, Bikin Geger

Mereka akan diberi pakaian "seragam" berupa karung goni yang berkutu. Setiap hari para pekerja paksa itu harus melakukan tugas yang berat tanpa istirahat dan makanan yang cukup. 

Tubuh mereka pun kurus dan lemah, namun tetap harus bekerja dengan berat. Sebab Jepang mengawasinya setiap waktu. Bagi yang berhenti atau melawan maka cambuk, pentungan logam, dan berbagai senjata disipkan untuk menyiksanya.

Menjadikan Para Perempuan Budak Nafsu

Ada istilan "Jugun Lanfu", ini merupakan panggilan perempuan yang dijadikan budak pelacuran paksa tantara Jepang.

Korbannya mayoritas berasal dari Korea, Malaysia, Tiongkok dan tak terkecuali Indonesia, para tantara tersebut tak ragu untuk membunuh para wanita yang melawan saat diperkosa.

Kategori :