RADARMUKOMUKO.COM - Indonesia memiliki sederet nama pejuang dan pahlawan wanita. Di antaranya ada yang cukup terkenal karena tercatat secara jelas dalam sejarah bangsa dan kerap muncul di lembaran pelajaran sejerah di sekolah.
Namun juga ada pahlawan atau pejuang wanita yang tidak terlalu familiar di telinga, karena jarang dibahas bahkan kadang hampir terlupakan.
Beberapa di antara perempuan hebat masa lampau ini memiliki kirap luar biasa dalam perang melawan penjajah, hingga mereka kerap disebut sebagai "Singa Betina" untuk menggambarkan bagaimana keganasannya di medan tempur.
BACA JUGA:Frans Kaisiepo Pejuang Papua Yang Usulkan Nama Irian, Ia Pahlawan Tapi Kurang Dikenal?
Sebutan "Singa Betina" bukan saja datang dari pejuang atau rakyat Indonesia, tepi bahkan diakui oleh tentara penjajah yang mengalami kesulitan besar menghadapi mereka.
Nyi Mas Melati
Mungkin jarang terdengar nama Nyi Mas Melati, namun bagi warga Tenggerang, sosoknya begitu melekat dan dihormati. Nama Nyi Mas Melati diabadikan sebagai nama sebuah Gedung Wanita Nyi Mas Melati yang terletak di kawasan Daan Mogot.
Juga diabadikan menjadi nama sebuah Jalan Nyi Mas Melati, dimana berdiri gedung Kantor KPUD Kota Tangerang.
Nyi Mas Melati dikatakan masih keturunan Sultan Hassanudin Banten ke-18 yang juga memiliki peran dalam menyebarkan Agama Islam di wilayah Tangerang. Kegigihannya melawan Belanda sudah diturunkan dari sang ayah, Raden Kabal yang menentang penjajahan Belanda.
Ia punya kemampuan bela diri, dalam ilmu pencak dan kanuragan. Juga dikisahkan dalam legenda turun-temurun oleh orang Betawi Tangerang, gelegar teriakan yang keluar dari mulut Nyi Mas Melati membahana bisa membuat pasukan Belanda langsung ciut nyalinya. Dikatakan burung-burung yang mendengar teriakannya beterbangan karena gaungannya. Maka julukan "Singa Betina" sering disematkan untuk menggambarkan kehebatannya.
Andi Depu Maraddia Balanipa
Andi Depu Maraddia Balanipa, Puang Depu Maraddia Balanipa atau Ibu Agung adalah pejuang wanita yang berhasil mempertahankan Tinambung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat dari penaklukan Belanda.
Pada tahun 1942, ia mengibarkan bendera Merah Putih di awal kedatangan pasukan Jepang di Mandar.