Pasukan Tack pun diserang balik oleh pasukan Untung Suropati, hingga menyebabkan 74 pasukan VOC terbunuh oleh pasukan Suropati. Kapten Tack sendiri pun berhasil dibunuh oleh Untung Suropati. Ia kemudian meninggalkan Kartasura dan pindah ke Pasuruan.
Di Pasuruan, Untung Suropati mendirikan sebuah benteng di tanah Mataram. Di Pasuruan, Suropati mengalahkan sang bupati Anggajaya dan kemudian melarikan diri ke Surabaya. Bupati Surabaya, Adipati Jangrana tidak melakukan pembalasan karena sudah mengenal Suropati.
Melansir dari wikipidia, kisah perjalanan hidup Untung Surapati yang legendaris, selain sekarang menjadi nama jalan yang umum di Indonesia, juga cukup banyak ditulis dalam bentuk sastra.
Salah satunya dalam Babad Tanah Jawi. Kisah Untung juga diceritakan dalam Babad Trunajaya-Surapati. Dalam babad ini, Untung diceritakan memiliki sifat yang ramah, pemberani dan berhati baik.
Penulis Hindia Belanda Melati van Java, (nama samaran dari Nicolina Maria Sloot) juga pernah menulis roman berjudul Van Slaaf Tot Vorst, yang terbit pada tahun 1887.
Karya ini kemudian diterjemahkan oleh FH Wiggers dan diterbitkan tahun 1898 dengan judul Dari Boedak Sampe Djadi Radja.
Penulis pribumi yang juga menulis tentang kisah ini adalah sastrawan Abdul Muis dalam novelnya yang berjudul Surapati.
Taman Burgemeester Bisschopplein di Batavia (sekarang Jakarta) pasca kemerdekaan Indonesia diubah namanya menjadi "Taman Suropati" untuk mengabadikan nama Untung Surapati.*