RADARMUKOMUKO.COM - Bagi generasi 70-an hingga 90-an mungkin masih ingat dengan film Indonesia dirilis tahun 1970 yang disutradarai oleh Nawi Ismail serta dibintangi oleh Dicky Zulkarnaen, Sandy Suwardi Hassan, dan Paula Rumokoy.
Melansir dari wikipedia, dalam film ini digambarkan Si Pitung bagaikan koboi yang menyelesaikan satu masalah dan pergi. Si Pitung yang berguru pada H. Naipin mendapat kekuatan untuk melawan penindasan yang dilakukan para tuan tanah terhadap rakyat kecil.
Dengan bantuan sahabatnya, Dji'ih, ia menghajar centeng-centeng bayaran para tuan tanah, begitu juga opas-opas kompeni. Untuk membantu orang-orang kampung, Pitung dan Dji'ih merampok rumah Baba Long Seng, seorang tuan tanah yang mengambil sawah-sawah rakyat.
Hasil rampokan itu kemudian dibagi-bagikannya kepada orang-orang kampung yang susah. Komandan Polisi Kompeni, mendapat jalan untuk menghalangi Pitung, yakni dengan menangkap orang-orang yang dekat dengan Pitung. Pitung kemudian menyerahkan diri dan dipenjara. Berkat bantuan Dji'ih dan ilmu tenaga dalam yang dimilikinya, ia berhasil lolos dari penjara. Dan serusnya.
BACA JUGA:8 Benteng Peninggalan Penjajah Belanda, Diantaranya Terkenal Angker Kerap Penampakan
Belum banyak yang tahu, Si Pitung bukan hanya dalam film tersebut, tapi benar-banar ada di dunia nyata. Pitung adalah seorang pahlawan betawi abad ke-19 di Batavia, Hindia Belanda.
Pitung lahir di Rawa Belong, Palmerah, Batavia, Hindia Belanda, kini Jakarta, Indonesia 1866. Ia meninggal di Kecamatan Tanah Abang, Batavia, Hindia Belanda, 1893. Sepak terjangnya telah menciptakan berbagai legenda tentang riwayat hidup, petualangan, dan kematiannya.
Diketahuyi Pitung bernama asli Salihoen adalah Putra keempat pasangan Bang Piung dan Mbak Pinah. Menurut riwayat lisan, julukan "Si Pitung" berasal dari frasa Jawa "pituan pitulung" yang berarti "tujuh sekawan tolong-menolong".
Semasa kanak-kanak, Salihoen berguru di pesantren Hadji Naipin, tempat ia diajari mengaji, dilatih pencak silat, dan dibiasakan untuk selalu waspada terhadap keadaan di sekitarnya.
Pada dasarnya ada tiga versi kisah Si Pitung yang beredar di tengah masyarakat, yakni versi Indonesia, Belanda, dan Cina.
Masing-masing versi menyoroti pribadi Si Pitung dengan penilaian tersendiri. Si Pitung disanjung sebagai pahlawan dalam versi Indonesia, tetapi dikecam sebagai penjahat dalam versi Belanda.
Hikayat Si Pitung dituturkan masyarakat Indonesia hingga saat ini, sehingga menjadi bagian dari legenda serta warisan budaya Betawi pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Hikayat Si Pitung kadang-kadang dituturkan dalam bentuk rancak (sejenis balada), syair, atau cerita Lenong. Dalam versi Koesasi (1992), Si Pitung dicitrakan sebagai tokoh Betawi yang merakyat, seorang muslim yang saleh, dan suri teladan bagi penegakan keadilan sosial.