Tokoh lainnya adalah Jaro Sakti, seorang pemimpin adat dan panglima perang suku Baduy Luar. Ia berhasil menggalang kerjasama antara suku Baduy Luar dengan suku-suku lain di sekitar pegunungan Kendeng, seperti suku Cikondang, Cibeber, Cimande, dan Cikalong. Ia juga berhasil mendapatkan bantuan senjata dari Kerajaan Banten.
Perlawanan suku Baduy berakhir pada tahun 1883, setelah Belanda berhasil mengepung pasukan-pasukan suku Baduy di sebuah bukit bernama Bukit Cibeo.
Di sana, terjadi pertempuran akhir yang sangat sengit dan berdarah-darah. Suku Baduy bertempur habis-habisan tanpa mengenal mundur.
BACA JUGA:Rahasia Cantik Alami Gadis Suku Baduy, Kulit Bersih Tanpa Noda Walau Tanpa Hiasan Mahal
BACA JUGA:Sanksi Bagi Gadis Baduy Jika Dinikahi Pria dari Luar dan Syarat Yang Harus Dipenuhi Seberat Ini
Namun, akhirnya mereka kalah jumlah dan kekuatan dari pasukan Belanda yang lebih modern dan terlatih. Banyak dari mereka yang gugur di medan perang, termasuk Jaro Panghulu dan Jaro Sakti.
Sebagian kecil dari mereka yang selamat melarikan diri ke hutan atau bergabung dengan kerajaan Banten.
Namun, perlawanan suku Baduy tidak sia-sia. Mereka telah menunjukkan keberanian dan kegigihan yang luar biasa dalam mempertahankan tanah air dan kebudayaan mereka.
Mereka juga telah menginspirasi generasi-generasi berikutnya untuk terus berjuang melawan penjajah, perang Baduy merupakan salah satu perang yang paling unik dan terisolasi dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.*