RADARMUKOMUKO.COM - Tanah air Indonesia menjadi sumber utama kekayaan Belanda, maka saat Indonesia merdeka Belanda mengalami kondisi yang sulit. Apalagi waktu itu kondisi ekonomi Belanda sedang krisis.
Maka kehilangan Indonesia atau Hindia Belanda menjadi persoalan sangat besar bagi negeri tersebut, mereka jatuh ke dalam kubangan kemiskinan.
Maka Ratu Wilhelmina yang berkuasa kala itu, melakukan berbagai cara. Ia mengirim pasukan untuk menduduki kembali Indonesia secara paksa.
Ratu Wilhelmina juga pernah melakukan upaya perundingan untuk mempertahankan tanah jajahannya. Sang ratu membuat janji, Indonesia dibentuk sebagai negara persemakmuran berbentuk federasi.
BACA JUGA:Bernard Wilhem Pemuda Minahasa, Ini Aksinya Melawan Belanda, Jadi Pahlawan Tidak Terkenal BACA JUGA:Wafat Diusia Muda, Berikut Kiprah 7 Pahlawan Nasional Untuk Bangsa IndonesiaNamun bangsa Indonesia sudah memahami akal-akalan penjajah Belanda bertahun-tahun dan juga keinginan menjadi negara mandiri tanpa interpensi dan ketergantungan pada negara lain, para petinggi dan rakyat menolaknya.
Politik etis atau politik balas budi yang diberlakukan Wilhelmina di Hindia Belanda, pada akhirnya menjadi senjata makan tuan.
Berkat politik balas budi, rakyat Hindia Belanda mulai sejahtera dan mengenyam pendidikan. Kaum nasionalis dan pergerakan nasional mulai tumbuh.
Perlawanan pun berkobar di berbagai penjuru. Belanda yang sedang porak-poranda secara perekonomian pascaperang, tentu tidak akan rela Indonesia lepas begitu saja.
Oleh sebab itu, Belanda berniat menguasai Indonesia kendati Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaan. Caranya, Belanda membonceng tentara sekutu yang ingin melucuti Jepang setelah Jepang kalah di Perang Dunia II.
Beragam cara digunakan untuk mempertahankan Indonesia. Selain perang bersenjata, Belanda juga harus menghadapi perundingan yang seakan tak pernah ada habisnya.
Namun pada akhirnya, Ratu Wilhelmina dan bangsa Belanda harus menerima kenyataan kehilangan tanah jajahan yang sangat berharga bernama Indonesia.
Diketahui, Ratu Belanda Wilhelmina memerintah 57 tahun 286 hari. Nama lengkapnya Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau lahir pada 31 Agustus 1880 di Den Haag, Belanda.
BACA JUGA:Perang Puputan Suku Osing Tidak Mau Diatur Penjajah, Perang Hingga Mati Ketimbang Dijajah
BACA JUGA:Kisah Medan Area, Rupanya Sekutu Lebih Arogan dari Belanda, Rakyat Medan Jadi Curiga Ada Apa?
Karena kondisi kesehatannya semakin menurun, ia turun takhta demi putrinya Juliana pada 4 September 1948.