Perlawanan Singaparna
Perlawanan juga dilakukan oleh rakyat Singaparna karena kebijakan Jepang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ajaran Islam merupakan ajaran yang banyak diikuti oleh rakyat Singaparna. Kenali berbagai macam perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Singaparna.
Rakyat Singaparna melakukan perlawanan kepada Jepang karena kehidupan rakyat banyak yang menderita. Para rakyat diminta melakukan romusha. Ditambah banyak dari mereka yang diasingkan ke luar Jawa dan tidak kembali ke daerahnya karena keganasan alam atau tindakan Jepang.
Hasil panen pertanian para rakyat seperti padi dan beras harus diserahkan secara keseluruhan sehingga penderitaan terjadi dimana-mana. Perlawanan meletus pada tahun 1944 dan membuat Jepang sangat marah. Akhirnya, pemerintahan Jepang pun mengirimkan rombongannya ke Sukamanah untuk melakukan perundingan.
Tokoh yang turut serta dalam perlawanan di Singaparna ini adalah K. H. Zainal Mustofa yaitu seorang ajengan di Sukamanah. K. H. Zainal Mustofa diam-diam membentuk Pasukan Tempur Sukamanah yang dipimpin oleh Najminudin.
BACA JUGA:Akibat Jepang Kalah Hadapi Gerakan Koreri Papua, Biak Jadi Wilayah Pertama Bebas Penjajah
BACA JUGA:Kepiawaian Jenderal Soedirman Lawan Penjajah Bikin Jepang Koncar-Kancir Hingga Serahkan Senjata
Pertarungan dilakukan dengan senjata dengan pihak rakyat Singaparna menggunakan pedang dan bambu runcing yang diikuti teriakan takbir. Seluruh pengikut Zainal Mustafa bertempur mati-matian meskipun jumlah pasukannya lebih besar dan peralatan senjata lebih lengkap.
Banyak korban berjatuhan karena kalah dengan Jepang sehingga Kiai Zainal Mustafa dan 27 pengikutnya dihukum mati pada 25 Oktober 1944. Selain itu, guru K.H. Zainal Mustofa, yaitu Kiai Emar, disiksa polisi Jepang sampai meninggal dunia.
Perlawanan Rakyat Indramayu
Perlawanan rakyat pada masa pendudukan Jepang .selanjutnya berasal dari Indramayu. Penyebab pasti perlawanan Indramayu adalah karena kesengsaraan yang dilakukan oleh Jepang dengan tidak melihat rasa perikemanusiaan.
Perlawanan Rakyat Indramayu disebabkan oleh adanya kesengsaraan yang dirasakan petani Indramayu.
Jepang mengeluarkan kebijakan baru berupa kewajiban penyerahan hasil padi seluruhnya kepada Jepang serta sumber daya manusianya harus mengikuti kerja paksa Romusha. Hal inilah yang membuat perlawanan terjadi.
Perlawanan Indramayu sendiri terjadi di daerah Kaplongan, Cidempet, dan lainnya. Hasil sumber daya alamnya berupa padi harus diserahkan ke balai desa pada saat baru saja dipanen. Karena hal itulah rakyat memilih melawan Jepang dibandingkan harus mati kelaparan.
Dengan adanya perlawanan tersebut maka terjadi perang di Indramayu dan banyak rakyat yang menjadi korban.
Aksi yang dilakukan oleh para rakyat Indramayu di Jawa Barat ini diprakarsai oleh pertani serta dipimpin oleh para ulama Islam. Tokoh yang ikut membantu perlawanan Indramayu ini adalah Haji Madriyas, Haji Kartiwa, serta Kyai Srengseng.*