RADARMUKOMUKO.COM - Petani adalah produsen pangan utama di negara ini. Jika pada negara maju petani merupakan salah satu profesi yang menjanjikan, maka berbeda halnya dengan di Indonesia dimana petani malah justru dianggap sebagai salah satu profesi kuno.
Indonesia berada diurutan ke lima Gross Domestic Produk (GDP) dunia untuk sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan. petani di Indonesia dan nelayan yang kurang sejahtera, di mana rata-rata pendapatan mereka Rp 1,36 juta dan juga karena dinilai kurang menghasilkan, makannya jumlah petani dan nelayan Indonesia semakin hari semakin menurun.
Menurunnya potensi agribisnis di Indonesia dikarenakan beberapa problematika yang dialami oleh petani, nelayan, maupun di tingkat industrinya. terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana produksi, bingung akan mengirim produk, transaksi yang tidak transparan, serta kurangnya pengetahuan petani dan nelayan akan kualitas produk yang baik.
BACA JUGA:Pinjol BRI Pinang Modal KTP, Bisa Ajukan Rp 500.000 Hingga Rp 25.000.000, 15 Menit Langsung Cair
BACA JUGA:Memiliki Keturunan Darah Biru Dari Pangeran Diponegoro, Artis Asri Welas Merasa Terbebani?
Berikut beberapa penyebab petani di indonesia kurang sejahtera
1. Gaptek
Pengetahuan akan pemanfaatan teknologi informasi semacam internet untuk mencari informasi yang mereka butuhkan guna melakukan peningkatan di berbagai sektor pertanian. Mungkin karena sebagian besar petani Indonesia terdiri dari orang tua yang sulit mengikuti perkembangan zaman.
2. Menurunnya peminat
Citra petani dianggap sebagai profesi yang ketinggalan jaman dan kotor. Ini menjadikan image petani sebagai pekerjaan golongan bawah yang tentu saja kurang diminati untuk dijadikan tujuan. Padahal pemikiran seperti ini sepenuhnya salah. Petani adalah profesi yang mulia dimana para petani merupakan salah satu penentu ketaganan pangan.
3. Belum optimalnya pemasaran
kunci akhir dari suatu usaha ekonomi adalah pada penjualannya. Hasil penjualan tergantung dari pemasarannya. Para petani Indonesia umumnya langsung menjual hasil panennya ke pengepul atau tengkulak dengan alasan lebih praktis dan mudah prosesnya.
BACA JUGA:Cerita Keberadaan Suku Manusia Miliki Ekor di Kalimantan, Wajah Sangar dan Mata Tajam
BACA JUGA:Konsolidasi Internal Partai NasDem Mukomuko, Rapatkan Barisan Menuju Kemenangan Pemilu 2024
Pasar yang bisa dijangkau petani adalah pasar lokal yang umumnya pasar tradisional dimana petani tidak mungkin menjual semua hasil panennya sekaligus disana karena terbatasnya kapasitas pasar tradisional.