RADARMUKOMUKO.COM - Pertempuran Ambarawa atau Palangan Ambarawa menjadi saksi sejarah penting perjalanan Jenderal Besar TNI(Anumerta) Raden Soedirma dan bangsa Indonesia.
Kemenangan gemilang Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Ambarawa menjadi bukti dari taktik perang di ciptakan oleh pemimpin yang terampil
Kemenangan gemilang Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Ambarawa menjadi bukti dari taktik perang yang diciptakan oleh pemimpin yang terampil.
"Kota Magelang dan Ambarawa di zaman Belanda merupakan tangsi dan tempat latihan bagi tentara kNIL, terutama karena Ambarawa letaknya sangat strategis. Di dekat kota itu ada sebuah benteng kuno yang dikenal dengan nama Benteng Willem I-Banyubiru yang sepanjang tiga zaman terus digunakan sebagai markas tentara, baik oleh tentara Hindia Belanda dulu, Jepang maupun RI, s¹etelah Jepang kalah perang. Oleh karena itu pimpinan BKR (TKR) menyadari betapa penting dan strategisnya letak Ambarawa," tutur Tjokropranolo.
BACA JUGA:UMKM Binaan BRILIANpreneur Go Global di “New York Now Summer Market 2023”
BACA JUGA:Sudah Sering Makan Petai Khasiat Baru Terungkap Sekarang, Masih Ingin Makan Petai?
Dia mengatakan didudukinya Ambarawa oleh pasukan Sekutu/Belanda dapat membahayakan kedudukan pertahanan seluruh Jawa Tengah.
Selanjutnya, Jenderal Soedirman pun menyetujui pembentukan sebuah markas pusat koordinasi pertempuran guna mengatur siasat dan pengerahan pasukan dari berbagai daerah.
Dalam pertempuran itu, Pemimpin pasukan Banyumas, Letkol Isdiman, gugur.
Itu bermula dari serangan pesawat musuh jenis Mustang yang menembaki dengab senjata Mitraliyur.
Penyerbuan tidak hanya dari udara tapi juga gerakan pasukan dan Tank-tank sekutu yang menembaki pos pertahanan.
"Ketika Pak Isdiman keluar dari gedung sekolah dan memberikan aba-aba pada pasukannya seraya berlindung di bawah pohon waru, tiba-tiba ia terjatuh terkena peluru mitraliyur pesawat terbang yang terus menerus menyerang lokasi itu. Pak Isdiman masih sempat dibawa ke RSU Magelang dengan mobil kepunyaan Mayor Imam Handrongi, tetapi pada hari Rabu, tanggal 28 November 1945 meninggal dunia dan jenazahnya dibawa ke Yogyakarta untuk dimakamkan," tutur Tjokropranolo.
Peristiwa gugurnya Isdiman diceritakan seolah-olah membakar semangat TKR , Laskar perjuangan, tentara pelajar dan mahasiswa.
Jenderal Soedirman lalu menunjuk Letkol Gatot Soebroto untuk menggantikan Letkol Isdiman sebagai komandan pertempuran.
BACA JUGA:Mata Uang Indonesia, Sejak Belanda, Jepang Hingga Lahirnya Rupiah Yang ada Sekarang