Perang yang dilakukan oleh suku bakungpay ini terjadi dengan tujuan mempertahankan distrik bakingpay.
Yang kini di kenal dengan nama Barito Kuala.
Dalam catatan sejarah perang banjar ini adalah salah satu perang terlama di Indonesia. Perang ini mulai pecah sejak tahun 1859 dan baru berakhir pada 1905.
Panglima wangkang salah satu tokoh yang di anggap sebagai ancaman Belanda saat itu.
Sebab ia di kenal memiliki kebal peluru, selama berkali-kali turun perang dan menjadikannya seorang yang cukup berpengaruh.
BACA JUGA:Geger Disangka Tidur Warga Temukan Supir CPO Meninggal di Lokasi Parkir Pabrik KPS Tapan
Pada tanggal 25, November tahun 1870 ia sepakat untuk menyerang ibu kota Banjarmasin bersama pengikutnya sebanyak 500 orang.
Di sinilah Panglima Wangkang gugur karena pasukan Belanda telah menyiapkan peluru emas.
Ternyata Belanda selama ini telah mempelajari kekuatan Panglima Wangkang yang tidak mempan dengan peluru berbahan timah, tembaga, atau yang lainnya. Panglima Wangkang tidak kebal terhadap peluru berbahan emas.
Setelah gugur, jasadnya pun segera dilarikan ke hutan untuk disembunyikan di semak-semak.
Pihak Belanda pun tak bisa menemukan jasadnya selama pencarian berhari-hari.
Si Pitung
Si Pitung sering disanjung sebagai pahlawan dalam versi Indonesia, tetapi dikecam sebagai penjahat dalam versi Belanda.
Dalam kisah nyatanya, Si Pitung lahir pada tahun 1866 di Kampung Pengumben, sebuah pemukiman kumuh di Rawabelong, dekat Stasiun Palmerah sekarang ini.
Memiliki nama asli Wan Bitoeng, ia dikenal tergabung dalam gerombolan pencuri yang menipu banyak orang kaya dengan menyamar menjadi pegawai pemerintah Belanda. Dari situlah, ia dan kawan-kawannya menjadi buronan Kompeni atau Belanda.