RADARMUKOMUKO.COM - Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia belum terbebas dari kecamuk perang. Selain Belanda dan Sekutu yang ingin kembali menjajah, juga bangsa Indonesia harus menghadapi berbagai pemberontakan.
Salah satu peristiwa pemberontakan selepas Indonesia merdeka dari penjajahan, adalah Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). APRA melakukan kudeta terhadap pemerintahan Indonesia pada masa itu di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling.
Pemberontakan ini dipicu dengan pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS) melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag tahun 1949.
BACA JUGA:Sejarah Pemberontakan DI/TII Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Ujian Paling Berat Bangsa
BACA JUGA:7 Peristiwa Pemberontakan Setelah Indonesia Lepas dari Penjajah, dari PKI Hingga Papua Merdeka
APRA tidak menyetujui pembubaran ini karena pembubaran tersebut akan membuat pasukan Koninklijk Leger (KL) ditarik oleh Belanda dari Indonesia dan Koninklijk Nederlands-Indisch Leger (KNIL) dibubarkan.
Melalui keputusan pembubaran RIS, KNIL akan disatukan ke dalam TNI.
APRA yang dipimpin oleh Westerling menarik anggota mantan KNIL untuk melakukan pemberontakan.
Pemberontakan APRA berlangsung di Bandung pada 23 Januari 1950. Kelompok APRA terdiri atas satuan pro-Belanda pimpinan mantan Kapten KNIL, yaitu Raymond Westerling.
Komplotan APRA inilah yang masuk ke wilayah Bandung dan menyerang anggota TNI hingga menimbulkan bentrokan.
Kronologisnya, pada 5 Januari 1950, Westerling mengirim ultimatum ke pemerintah RIS supaya mengakui negara bagian Pasundan sekaligus APRA sebagai tentara Pasundan.
BACA JUGA:Dibentuk Oleh Jepang, Tidak Tahan Melihat Rakyat Ditindas, PETA Lakukan Pemberontakan
BACA JUGA:Laksamana Maeda Perwira Jepang yang Membantu Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
Kemudian pada tanggal 10 Januari 1950, Perdana Menteri RIS kala itu, Mohammad Hatta, membuat perintah untuk penangkapan Westerling.
APRA bergerak terus sampai ke luar Bandung dengan tujuan menyebarkan kerusuhan. Pemerintahan Indonesia kemudian mengirimkan TNI ke Bandung dengan tujuan menumpaskan pemberontakan APRA.