Ritual meludahi dimaksudkan untuk menangkal nasib buruk yang terkadang wanita rasakan dari keluarga mempelai pria yang kadang akan menghina pengantin wanita.
Setelah itu, anak perempuan yang sudah diludahi biasanya langsung bergegas pergi tanpa menengok ke belakang, agar tak dikutuk menjadi batu.
Dalam perkawinan suku ini, mahar pengantin wanita diberikan kepada keluarga pengantin pria. Setelah itu, kepala pengantin wanita dicukur dan banyak orang tua dari golongan itu juga hadir pada waktu itu.
Selanjutnya, pengantin wanita berlutut di depan ayahnya dan meminta restu dari semua tetua.
BACA JUGA:Suku-Suku di Sumatera Selatan, Keturunan Bangsawan Hingga Penghuni Bukit Barisan
Kebiasaan meludahi ini tidak hanya dilakukan dengan pengantin wanita, tetapi juga dilakukan dengan anak yang baru lahir.
Meludah di sini dianggap sebagai kehormatan dan ketika orang asing juga datang ke sana, mereka menyambutnya dengan cara meludahi telapak tangan.
Meskipun kebiasaan meludah mungkin tampak agak aneh bagi sebagian orang, itu adalah masalah kehormatan bagi orang Maasai.
Orang yang diludahi pun tak menjadi kesal atau merasa tidak enak, tetapi malah bahagia.*