RADARMUKOMUKO.COM - Kebencian masyarakat Indonesia terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) bukan karena satu peristiwa saja, tapi terdapat berbagai bentuk kekejaman PKI yang sangat menyakitkan bagi bangsa ini.
Salah satu peristiwa yang tidak kalah kejam tak terlupakan adalah, pembunuhan terhadap gubernur pertama Jawa Timur yaitu Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo, dikenal dengan Tragedi Pembunuhan Suryo.
Dilansir dari wikipedia, Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo atau lebih dikenal dengan sebutan Gubernur Suryo merupakan gubernur pertama Provinsi Jawa Timur (1945-1948).
BACA JUGA:Laksamana Maeda Perwira Jepang yang Membantu Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
Sebelumnya, dia menjabat bupati di Magetan dari tahun 1938 hingga tahun 1943. Pada tanggal 18 September 1948, PKI melancarkan pemberontakan di Madiun. Mereka berhasil pula menguasai beberapa kota lain.
Pemerintah segera bertindak. Tanggal 30 September Madiun direbut kembali oleh pasukan yang setia kepada pemerintah, tetapi keamanan belum pulih seluruhnya.
Di beberapa tempat, orang-orang komunis masih melakukan pengacauan.
Dalam kondisi seperti itulah, Suryo pada tanggal 10 November 1948 berangkat dari Yogyakarta menuju Madiun. Dia bermaksud menghadiri peringatan 40 hari meninggalnya adiknya yang dibunuh orang-orang PKI.
BACA JUGA:Hubungan Rusia dan Indonesia Sejak Kolonialisme, Dukung Kemerdekaan RI Hingga Rebut Irian Barat
Sejumlah sahabat, termasuk Wakil Presiden Mohammad Hatta, meminta agar Suryo mengurungkan maksudnya.
Tetapi, Suryo ngotot pada pendiriannya. Tanda-tanda kurang baik terlihat.
Baru saja tiba di luar Kota Yogya, ban mobilnya pecah. Sesudah itu mobil kehabisan bensin. Suryo terpaksa dua kali kembali ke kota untuk menambal ban dan untuk mengisi bensin.
Meski teman-temannya mengatakan bahwa itu pertanda buruk, Suryo tidak mempercayainya.
Suryo tiba sore hari di Surakarta. Sudiro yang ketika itu menjadi residen Surakarta menahan Suryo supaya bermalam dan perjalanan diteruskan esok hari.
Suryo melanjutkan perjalanannya ke Madiun pagi-pagi sekali. Di Desa Gendingan, sekali lagi diperingatkan supaya Suryo tidak meneruskan perjalanan. Namun, peringatan itu juga diabaikan.