RADARMUKOMUKO.COM - Anda mungkin sudah sering mendengar tentang pantun, salah satu bentuk puisi lama yang khas dari Indonesia.
Namun, tahukah Anda bahwa ada sebuah tradisi lisan yang mengangkat seni berpantun sebagai hiburan pada pesta pernikahan di Sumatera Barat? Tradisi ini bernama batombe.
Batombe adalah tradisi yang berasal dari Nagari Abai, sebuah desa di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Batombe dilakukan selama tujuh hari berturut-turut pada saat ada pesta pernikahan (baralek) di desa tersebut.
Batombe merupakan cara untuk menghibur para tamu dan pengantin dengan berbalas pantun yang mengandung cerita tentang kehidupan sehari-hari.
Pantun yang dibacakan dalam batombe biasanya saling menyindir, mengejek, atau memuji antara kelompok pengantin pria dan kelompok pengantin wanita.
Setiap hari ada tema pantun yang berbeda, seperti pantun nasihat, pantun cinta, pantun lucu, dan lain-lain.
Pantun juga mengandung kata kiasan dan melepaskan hasrat hati.
BACA JUGA:Tradisi Pernikahan di Tiongkok, Hari dan Tanggal Baik Pernikahan Dilihat di Hati Anak Ayam?
Tradisi batombe diawali dengan pembacaan pantun pembukaan oleh seorang datuk.
Kemudian dilanjutkan dengan berbalas pantun antara individu atau kelompok.
Tradisi ini biasanya diiringi dengan tiga macam alat musik, yaitu rabab (alat musik gesek), gandang (alat musik tabuh), dan talempong (alat musik tiup).
BACA JUGA:Wanita Suku Mosuo Tak Mau Terikat Pernikahan, Bebas Pilih Pria Karena Ini
Pakaian yang digunakan dalam batombe adalah pakaian adat khusus yang menyerupai pakaian randai atau silat.
Pakaian ini terdiri dari baju kurung berwarna hitam atau merah dengan hiasan emas, celana panjang berwarna hitam atau merah dengan hiasan emas, dan kain sarung songket.