Sejarah Tugu Monas Dibangun atas Keinginan Seokarno, Emasnya Berasal dari Bengkulu

Minggu 20-08-2023,05:00 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

RADARMUKOMUKO.COM - Tugu Monumen Nasional (Monas) yang berada di Lapangan Merdeka yang terletak di jantung ibu kota DKI Jakarta, saat ini menjadi tujuan wisata. Rasanya siapapun yang datang ke Jakarta untuk pertama, apalagi warga dari mancanegara, rasanya belum lengkap jika belum mendatangi Tugu Monas. 

Namun tahukah anda, tugu Monas selain Ikon Kota Jakarta, juga salah satu tuga bersejarah sebagai saksi perjuangan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.

BACA JUGA:Ternyata Pendiri Kota Jakarta Aslinya Berasal dari Aceh, Ini Sejarah Singkatnya

Sejarah pembangunan Monas berawal dari keinginan Ir. Soekarno presiden Indonesia pertama memiliki monumen nasional setelah pusat pemerintah RI kembali ke Jakarta dari DI Yogyakarta. 

Pada dasarnya, Presiden Soekarno menginginkan Monas bisa setara dengan Menara Eiffel di Perancis. Hingga akhirnya, tempat yang dipilih menjadi lokasi monumen nasional adalah lapangan yang tepat di depan Istana Merdeka.

Pada 17 Agustus 1954, sebuah komite nasional dibentuk. Komite ini kemudian menyelenggarakan sayembara perencanaan dan perancangan monumen. Dari sayembara itulah, berhasil terkumpul 51 karya dari para seniman. 

BACA JUGA:Anak-Anak Sudah Dipaksa Dewasa, Suku Mangaia Terapkan Kehidupan Bebas Banyak Pasangan

Namun, hanya karya Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan.

Sayembara kedua di tahun 1960 dan masuk 136 karya. Sayang sekali, dari 136 karya tak ada satupun yang memenuhi kriteria.

Rancangan Frederich Silaban pun ditunjukkan ke Presiden Soekarno oleh Ketua Dewan Juri saat itu. Namun sayangnya Presiden Soekarno masih kurang menyukai rancangan tersebut, sehingga bentuk monumen pun diubah menjadi lingga dan yoni.

Penolakan desain yang diajukan Silaban bukan karena tidak bagus, melainkan rancangannya dinilai spektakuler sehingga membutuhkan anggaran cukup besar.

BACA JUGA:Waspada Berbagai Jenis Modus Penipuan Social Enginering, BRI Beberkan Cara Antisipasinya

Silaban pun diminta bekolaborasi dengan arsitek R.M Soedarsono untuk membangun Tugu Peringatan Nasional dalam rancangan keduanya. Tugu atau monumen tersebut dibangun di lahan seluas 80 hektare mulai 17 Agustus 1961.

Dalam pengerjaannya, monumen ini dibangun secara bertahap hingga 15 tahun lamanya. Tahap pertama di tahun 1961 ditandai dengan memasak 360 pasak bumi untuk pondasi dan pembuatan dinding museum serta obelisk. 

Tahap kedua dilakukan pada 1966-1968 , dan tahap ketiga mulai 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada Museum Sejarah. 

Kategori :